Mohon tunggu...
Joseph Edwin
Joseph Edwin Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Melukis kita dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Puisi Astronomi

16 Agustus 2016   19:37 Diperbarui: 25 Agustus 2016   22:05 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nebula Helix atau Mata Tuhan. Foto oleh NASA untuk apod.nasa.gov

Tidak jarang kawula yang mengintip langit terkesima oleh puisi astronomi. Perasaan mendalam dapat banjir seperti oase yang mencegah hidup menjadi kering.

Claudius Ptolemaeus, astronom kuno Mesir, bersajak, “memang aku makhluk fana, aku tahu aku hidup hanya sehari, tetapi ketika aku menyaksikan bintang beramai-ramai menelusuri jalur melingkar, telapak kakiku tidak lagi menyentuh bumi; aku diangkat ke hadapan Zeus yang menyuguhkan Ambrosia, makanan para dewa.”

Maka anestesi yang menumpulkan indera digantikan dengan euforia yang mengundang rasa penasaran dan kagum; mengubah hal lazim menjadi mencengangkan; dan membangkitkan kerinduan manusia akan pengetahuan semesta.

Inilah rayuan para bintang. Inilah puisi astronomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun