Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Lagi-lagi Harimau Terkam Warga, Kembalikan Hutan sebagai Habitat Satwa Liar!

5 Juni 2020   00:39 Diperbarui: 5 Juni 2020   07:38 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi harimau (sumber: Indianexpress via kompas.com)

Kamis Pagi (04/06/2020) beredar kabar di Media Sosial yang menginformasikan seorang warga Sepahat Riau bernama Sofyan (50) diterkam oleh seekor harimau. Sepahat adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Bandar Laksemana Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.

Dikabarkan bahwa kejadian tersebut terjadi pada kamis pagi di kebun karet milik korban saat ia hendak menyadap karet miliknya. Beruntung nyawa korban dapat diselamatkan setelah mendapatkan perawatan medis di Puskesmas Tenggayun Bukit Batu akibat luka-luka yang dialami di sekujur tubuhnya.

Kejadian harimau yang menerkam warga tidak sekali ini saja terjadi di temapt ini, beberapa tahun lalu kejadian serupa bahkan menewaskan korbannya.

Hutan Riau memang dikenal sebagai habitat asli Harimau Sumatera yang dikenal dengan nama latin panthera tigris sumatrae. Selain di Kabupaten Bengkalis, hutan-hutan di wilayah Dumai, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hilir juga diyakini sebagai tempat hidup banyak Harimau Sumatera saat ini.

Akhir bulan januari 2020 lalu, tiga orang warga kecamatan Batang Tuaka Indragiri Hilir, juga dikabarkan diserang oleh seekor Harimau Sumatera (cek disini). Ketiga orang ini diketahui sebagai pencari kayu di kawasan hutan Riau. Dalam kejadian ini, satu orang akhirnya dilaporkan tewas.

Harimau Sumatera adalah satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hingga saat ini (sumber). Dari ukuran tubuh, sebenarnya Harimau Sumatera memiliki tubuh yang lebih kecil dari jenis harimau lainnya.

Harimau Sumatera memiliki warna corak kulit belang hitam dan oranye kemerah-merahan. Harimau dewasa memiliki tinggi sekitar 60 cm, panjang tubuh mencapai 250 cm, dengan bobot tubuh hingga 140 kg. Harimau Sumatera memiliki kemampuan lari yang sangat cepat dengan kuku jari dan gigi yang tajam sebagai senjata untuk menyerang saat terdesak.

Berdasarkan data Population Viability Analysis (PVA) yang dirilis Tribun News bulan April 2020, populasi Harimau Sumatera diyakini tidak lebih dari 600 ekor di alam liar temasuk di hutan Riau (sumber).

Pada dasarnya, Harimau Sumatera adalah hewan pemalu dan lebih memilih menghindar saat bertemu manusia. Menarik untuk dicermati, mengapa kejadian Harimau Sumatera menyerang warga sering terjadi di Riau?

Sebagai warga Riau, saya pikir ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya konflik antara Harimau Sumatera dan masyarakat.

Pertama, ancaman perburuan liar dan perdagangan ilegal.

Harimau Sumatera juga kerap menjadi sasaran perburuan liar di hutan Riau. Gigi dan cakarnya sering dibuat rantai dan menjadi semacam jimat untuk praktik perdukunan. Masyarakat sering menyebut Harimau Sumatera sebagai "Nenek" untuk membuat kesan mistis terhadap sosoknya.

Bagian tubuhnya yang lain juga dikabarkan laku dengan nilai jual yang tinggi di pasar gelap. Biasanya untuk keperluan obat-obatan tradisional dan kulitnya banyak dijadikan sebagai dekorasi.

Kegiatan perburuan liar yang terus berlanjut menjadi salah satu faktor intensitas perjumpaan antara manusia dan Harimau Sumatera kerap terjadi. Harus ada upaya lebih intensif untuk menghentikan ini. Jika tidak Harimau Sumatera yang harus mati tertembak, maka manusia yang diterkam.

Kedua, hutan sebagai habitat bagi Harimau Sumatera terus berkurang.

Hutan adalah rumah bagi berbagai satwa liar, termasuk Harimau Sumatera. Namun seiring dengan perkembangan industri kelapa sawit di Riau, mendesak hutan untuk beralih fungsi sebagai area perkebunan.

Saat anda dalam perjalanan pesawat, beberapa menit sebelum mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru, cobalah untuk memperhatikan ke bawah melalui jendela. Anda akan melihat hamparan luas yang hijau menyejukkan mata. Namun warna hijau itu bukan gambaran lebatnya hutan Riau, tetapi dari daun-daun pohon kelapa sawit yang luas membentang.

Dengan luas hutan yang makin sempit, wajar jika Harimau Sumatera kemudian harus sering berhadapan dengan manusia yang sebenarnya masuk ke dalam habitatnya. Tak terelakkan lagi, karena merasa terancam, Harimau Sumatera kemudian menyerang warga yang ketakutan dan lari membelakanginya.

Ketiga, persoalan kebakaran hutan yang sulit terselesaikan.

Faktor lain yang menyebabkan Harimau Sumatera terdesak keluar dari habitatnya adalah kebakaran hutan yang kerap terjadi di Riau. Bukan rahasia umum, hampir setiap tahun hutan Riau mengalami bencana kebakaran hebat.

Selain faktor perambahan hutan untuk keperluan perluasan perkebunan, tekstur tanah gambut sering menjadi penyebab meluasnya kebakaran hingga menyasar ke dalam hutan, terutama saat terjadi musim kemarau bulan juli hingga oktober.

Saat kebakaran hebat terjadi, sering terdengar binatang liar keluar dari hutan menuju sekitar pemukiman warga untuk menyelamatkan diri. Ini membuka peluang perjumpaan antara warga sekitar dan Harimau Sumatera.

Sayangnya, hingga kini kebakaran hutan terus menjadi agenda tahunan di Riau. Tak hanya menyusahkan kehidupan satwa liar di dalam hutan, kebakaran hutan juga menimbulkan bencana asap pekat hingga ke perkotaan.

Berkaca dari hal ini, butuh penanganan lebih serius terhadap kelangsungan hidup Harimau Sumatera dari praktik perburuan liar. Pemerintah Pusat dan Daerah juga harus bekerjasama makin intensif dalam hal pembatasan perambahan dan menjaga terjadinya kebakaran demi kelestarian hutan sebagai habitat Harimau Sumatera dan berbagai satwa liar lainnya.

Jika ketiga hal ini tidak terselesaikan dengan baik oleh Pemerintah, maka kejadian Harimau menerkan warga akan makin sering terdengar dan membuat keresahan di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun