Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Menanamkan Nilai Pancasila Sejak Anak Berusia Balita?

1 Juni 2020   19:00 Diperbarui: 3 November 2020   22:06 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jocelyn (Dok. Pribadi)

Menanamkan nilai-nilai sila ketiga ini adalah hal yang paling sulit saya rasakan, mengingat Jocelyn yang masih balita harus memahami bingkai berbangsa dan bertanah air.

Namun, hal sederhana yang sudah kami lakukan saat usianya tiga tahunan, selain mengajarkannya menghafal Pancasila, kami juga memperkenalkan lagu Indonesia Raya. Juga tidak butuh waktu lama bagi Jocelyn melakukannya, seperti sikapnya yang lantang melafalkan Pancasila, ia juga selalu bersemangat menyanyikan lagu Indonesia Raya bait demi bait.

Saya juga memperkenalkan bendera Merah Putih sebagai bendera negara kepada Jocelyn. Setiap bulan Agustus, saya selalu memasang bendera merah putih di depan rumah dengan disaksikan oleh Jocelyn. Terlebih karena Jocelyn adalah anak yang lahir pada tanggal 17 Agustus, bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, momen itu sering saya gunakan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman Jocelyn akan simbol dan lambang negara Indonesia sambil merayakan ulang tahunnya dengan nuansa merah putih.

Suatu ketika, saat kami mengajak Jocelyn berlibur ke suatu negara lain, ia pun melihat bendera berbeda dari negara yang sedang kami kunjungi itu. Namun, itu tidak lagi memberikan tanda tanya besar bagi Jocelyn, karena ia tahu benar bahwa saat itu kami sedang berada di luar negeri, dan tentu bendera yang dilihatnya berbeda dari bendera merah putih yang selama ini dikenalnya. Dengan bangganya ia berkata "Kalau bendera kita merah putih kan Pa!".

Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.

Sejak usianya masih kecil, kami selalu membiasakan berdiskusi dalam memutuskan segala sesuatu. Ini kami lakukan agar Jocelyn tidak merasa terpaksa mengikuti semua aturan yang kami buat sebagai orangtuanya.

Misalkan yang sederhana adalah saat hendak membeli mainan baru. Kami selalu berdiskusi dulu mainan apa yang ingin dimilikinya. Jika kami rasa mainan yang diinginkan Jocelyn tidak tepat, maka kami sebagai orangtuanya akan memberikan pengertian dan melibatkannya dalam diskusi kecil sehingga keputusan membeli mainan akan menjadi keputusan bersama.

Termasuk saat memilih sekolah untuk Jocelyn. Saya meminta istri saya untuk membawa Jocelyn ke beberapa sekolah agar ia melihat dan memilih sekolah yang menarik baginya. Tentu saja pilihan yang kami berikan sudah lebih dulu kami diskusikan dan merupakan pilihan-pilihan terbaik yang dapat dilakukan oleh Jocelyn.

Setiap pemilihan umum dan kami harus menuju ke TPS untuk menyalurkan hak suara, kami juga selalu membawa Jocelyn bersama. Di TPS, Jocelyn kecil akan menyampaikan bermacam-macam pertanyaan seputar apa yang dilihatnya di TPS dan mengapa kami harus ada disana. Saat itu menjadi kesempatan bagi saya memperkenalkan tentang Pemilu sebagai bentuk pemungutan suara dalam mengambil keputusan terbaik, entahkah memilih Presiden, Gubernur atau bahkan memilih ketua RT.

Saat tiba di rumah, kami juga melibatkan Jocelyn berdoa bersama agar proses Pemilu berlangsung dengan aman dan jujur agar dihasilkan keputusan yang terbaik bagi kepentingan bersama. Semua hal ini kami ajarkan kepada Jocelyn, agar ia belajar mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadinya.

Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun