"Oalah. Kukira njenengan yang bikin sendiri, Mbak."
"Nggak, Mbak. Nggak ada tenaganya. Anaknya Mbak X lagi DB, terus ada juga yang orangtuanya sakit. Nggak bisa bantu di sini kayak biasanya."
Ya, sudah. Saya paham, tak mungkin kan saya memaksa penjual tadi untuk menuruti kemauan saya? Apalagi nanti dari pembeli lain, misalnya juga punya keinginan sendiri dan memaksa kan juga lucu.
Akhirnya saya pindah ke penjual lain.Â
"Ada kolak kan, Mbak?"
Saya perhatikan deretan jualannya. Hanya ada bahan es buah, aneka rebusan daun bayam, semingkir, pepaya muda, kembang turi, kecambah, kacang panjang, gorengan. Hati saya lumayan kecewa saat melihatnya.
"Ada, Mbak."
Saya bernapas lega. Akhirnya saya bisa menemukan kolak. Bonusnya saya bisa beli pecel sekalian. Kebetulan ada kembang turinya. Kalau biasanya saya beli, pas belum musim kembang turi.
Sedangkan untuk kolak, ternyata tidak dalam posisi dibungkus. Jadi, saat pembeli menginginkan kolak, penjualnya akan membungkus langsung di depan mata pembeli.
Tak apalah. Menunggu agak lama karena antre dengan pembeli lainnya. Hal yang penting, kolak didapat, bonus bisa beli pecel dengan kembang turi sebagai pelengkapnya.