Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ingin Sering War Takjil, Apa Daya Suami Tak Suka

6 Maret 2025   19:37 Diperbarui: 6 Maret 2025   22:26 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bahan kolak. Dokpri/jora

Beberapa tahun terakhir, setiap bulan Ramadan sering diidentikkan dengan war takjil. War takjil itu sendiri lebih pada bersaing untuk menceritakan menu takjil dengan warga yang beragama non Islam. Siapa yang cepat mencari, dialah yang mendapatkan menu takjilnya.

Sementara di sekitar tempat tinggal saya, kebetulan sampai hari kelima berpuasa, kondisi di beberapa titik penjual sekitar desa dan kecamatan, masih terhitung aman. Kondisi seperti ini akan lebih ramai saat hari raya Idulfitri semakin dekat karena banyak pemudik yang pulang ke kampung halaman.

Kalalupun membeli menu berbuka puasa, saya sendiri hanya membeli secukupnya saja. Mengingat di rumah hanya saya dan suami yang berpuasa. Anak-anak masih di pondok dan di rumah simbahnya (karena anak kedua tidak betah di pondok, dia minta pindah sekolah. Dan sekolah yang masih ada kuota siswa yang paling memungkinkan hanya di sana).

Kembali ke masalah war takjil. Saya lebih senang kalau membeli makanan seperti pecel dengan pelengkap berupa kembang turi. Menu kesukaan saya ini ternyata tak diminati suami. Saya sendiri sangat heran, pecel yang begitu nikmat dan mantap kok tidak disukainya. 

Sedangkan suami lebih senang kalau saya masak menu lainnya. Sementara urusan makanan pembuka untuk berbuka puasa, dia sangat menyukai kolak. Pernah saya membeli es cendol tapi akhirnya hanya saya yang menghabiskan. Dan mau tak mau saya membuat kolak sendiri daripada setiap suami ingin makan kolak tapi sulit dicari di beberapa pedagang langganan.

Ada pengalaman saya saat mencari kolak, meski tergolong di awal waktu, kolak tadi belum ada. Menurut si penjual, belum ada setoran dari produsen. Saya pikir penjual tadi memasak sendiri, ternyata untuk kolak sudah ada yang menitipkan jualannya. Di hari berikutnya saya mencoba datang agak sore. Apa yang terjadi ketika saya ke sana lagi di waktu yang berbeda? Saya cari-cari pada deretan makanan, tak saya temukan si kolak tadi. 

"Nggak ada kolak lagi ya, Mbak?"

"Tadi ada, Mbak. Tapi Mbaknya kayaknya kesorean ke sininya."

"Ya Allah, jam segini kesorean?"

"Iya, Mbak. Soalnya ini yang setor cuma satu orang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun