Enam belas Maret, empat puluh tiga tahun lalu, dia terlahir di dunia. Kalau kamu ingat masa-masa hampaku di tahun 2006-2007an, pastilah tahu siapa yang kumaksud.
Sapaan khasku untuk dia, mungkin akan kau ingat seumur hidup. Juga dia. Pasti akan mengingatnya.Â
Mengenalku, pastilah menjadikan hidupnya seperti mimpi buruk yang harus diakhiri. Aku yang dikenalnya sebagai seorang perempuan kuat dan tak mudah tergoda, ternyata memiliki sisi negatif. Tak sabaran. Aku berani meneriakinya saking aku merasa dipermainkan.
Kalau mengingat itu, rasanya aku malu, saligus kesal. Namun itu tak perlu disesali. Yang harus dilakukan instrospeksi diri. Ya, seperti statusnya di akun sosmednya yang kucari. Kalau dia bakal tak tahu, siapa nama asliku. Dia hanya tahu nama panggilanku saja.
"Intropeksi diri adalah perbuatan mulia. Dengan intropeksi diri sendiri, kita akan mawas diri dan akan menghargai orang lain di sekitar kita/lingkungan kita."
Status itu baru saja kuketahui malam ini. Entah kenapa status itu hampir sama atau intinya sama dengan prinsipku. Tentang mawas diri.Â
Aku hanya bisa menduga, karena kami sama-sama melakukan kesalahan di masa lalu. Dan itu tak ingin terulang lagi, apapun alasannya. Introspeksi, introspeksi dan introspeksi.
Selain itu, aku menduga karena kami sama-sama lahir di bulan Maret. Sebuah kejutan kecil untukku malam ini. Kalau misal aku dan dia ditakdirkan bersama, pasti akan merayakan hari lahir di waktu yang bersamaan.
Ah, sudahlah!
Semua sudah berlalu. Kami sama-sama sudah bahagia. Itu hal terpenting. Kebersamaan dengannya tinggal kenangan.