Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Anak Melakukan Kesalahan

4 Agustus 2020   19:45 Diperbarui: 4 Agustus 2020   19:46 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: seputarduniaanak.blogspot.com

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dengan dibekali hati dan pikiran yang bisa memunculkan daya cipta, rasa dan karsa. 

Meski demikian, manusia bukanlah malaikat yang tanpa dosa. Manusia pasti pernah melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Semua karena keterbatasan manusia dalam menyikapi segala hal yang ada di sekitarnya.

Orangtua pasti juga pernah melakukan kesalahan atau kekeliruan. Meski sudah dinilai sebagai manusia yang dewasa, lebih stabil dalam mengelola emosi dan banyak makan asam garam. Nyatanya kekeliruan tetap saja dilakukan. Diakui atau tidak, seperti itu adanya. 

Jika orangtua saja masih melakukan kesalahan apalagi anak. Anak masih sangat labil dalam segala tindakan dan pikirannya. Jadi kekeliruan akan dekat dengan anak.

Kekeliruan atau kesalahan anak bisa saja dilakukan terhadap orang lain maupun diri sendiri. Kekeliruan atau kesalahan hilangnya barang kesayangan karena dibawa ke mana-mana dan lupa tak dibawa pulang, misalnya. 

Kasus tadi adalah kesalahan yang dilakukan karena keteledoran sendiri. Akan tetapi bisa saja anak marah-marah saat menyadari barang kesayangannya hilang begitu saja. 

Malah bisa jadi anak akan merugikan orang lain karena menyalahkan ibu, adik, kakak atau temannya. Hal itu sangat tidak baik. Secara tidak langsung anak akan belajar menyalahkan orang lain. Jika tidak dididik dan diarahkan maka sampai dewasa akan terus menyalahkan orang lain saat dia melakukan kesalahan.

Kesalahan terhadap orang lain malah sering dilakukan, seperti usil kepada adik atau teman. Tentu tingkah ini bisa merugikan mereka. Akibatnya teman-teman atau saudaranya tidak akan menyukainya.

Nah jika anak sering melakukan kesalahan maka sebagai orangtua harus jeli sekaligus sabar dalam menghadapinya. 

Pertama, ayah atau ibu bisa mengajak anak bicara dari hati ke hati. Tentu saja untuk melakukannya harus pada waktu luang tetapi tidak terlalu lama dari kasus terjadi. Anak akan belajar bahwa kesalahan yang diperbuatnya merupakan hal penting dan harus segera diselesaikan.

Kedua, meski agak berat, orangtua perlu menceritakan kisah atau cerita yang bisa membuka jalan pemikiran anak. Tentu saja ceritanya yang mirip dengan kasus yang menimpa sang anak dan bahasanya sederhana.

Saya yakin anak akan terbuka dan menyadari kesalahannya meski di kemudian hari si anak akan melakukan kesalahan lagi. Nah...kalau kejadiannya seperti itu, masing-masing perlu suasana rileks. Bantuan dari ayah atau orang di sekitarnya bisa diandalkan. 

Menjadi teman dan pendengar yang baik saat anak melakukan kesalahan pasti sulit. Jadi, butuh kerjasama dengan ayah atau orang di sekitar untuk mencairkan suasana.

Ketika anak telah menyadari kesalahan baik pada diri sendiri maupun orang lain maka anak sebisa mungkin diajari untuk meminta maaf. Bisa saja anak tak mau atau sungkan melakukannya. Paling tidak, jika anak tak mau mengucapkan "maafkan aku," anak dilatih untuk berjabat tangan.

Jangan sampai di masa dewasanya anak tidak mau legowo minta maaf meski bersalah kepada orang lain. Padahal sejatinya orang yang saling bermaafan itu sangat baik dampaknya bagi kenyamanan bersama.

Meminta maaf tidak akan membuat hina. Memaafkan kesalahan orang lain adalah perbuatan terpuji karena menunjukkan kebesaran hati. Kedua perbuatan itu harus dilatih, ditekankan dan diapresiasi oleh orangtua. Di masa depan, anak akan menjadi lebih berkarakter baik karenanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun