Andra berlari tergesa ke arah pintu gerbang sekolah. Sementara ayah Andra yang mengantarnya segera berbalik arah untuk ke tempat kerjanya. Waktu pada jam sudah menunjukkan pukul 07.05. Sudah pasti Andra dan ayahnya terlambat.Â
Andra yang bertubuh tambun agak kesulitan berlari. Dengan terengah-engah siswa kelas 1 SD itu sampai pintu gerbang. Segera Andra memanggil-manggil penjaga pintu gerbang.
"Pak Amet...Pak Ameeeet. Bukakan pintu gerbangnyaaa!"
Andra berteriak memanggil-mamggil Pak Amet. Dengan tergopoh, Pak Amet yang tengah menyapu di sekitar pos satpam berlari ke arah pintu gerbang.
"Aduh... den Andra, terlambat lagi. Nanti dimarahi pak guru lho..."
Andra tak mendengarkan perkataan Pak Amet. Dia fokus ke kelasnya. Dia berharap kalau pak Medi belum sampai kelas.Â
Sayang sungguh sayang, pak Medi sudah berada di kelas. Pak Medi adalah guru agama yang sangat tegas. Tak segan-segan pak Medi menasehati agar tak terlambat bagi siswa yang sering kesiangan sampai sekolah.
Andra memberanikan diri mengetuk pintu kelas. Dikuatkannya nyalinya saat suara Pak Medi didengar dari jendela kelas.
"Ya, masuk..." suara berat pak Medi terdengar.
Pelan-pelan Andra membuka pintu kelas. Begitu pintu terbuka, Andra disambut dengan ejekan teman-temannya.
"Yeeee...si kepala semangka sudah dataaang!" suara Revan terdengar lantang. Suara itu diikuti tawa seluruh kelas. Andra menjadi sedih. Dia malu karena menjadi bahan ejekan. Dia sering diejek dengan kata "si kepala semangka", "si gendut", kalau berlari dia paling akhir sampai finish. Lagi-lagi ada ejekan "si Buntut".