Suasana kelas menjadi hening. Hatiku sendiri jadi dag dig dug.
"Mulai besok, kalau kalian mau bermain harus gantian. Nggak diulangi ulah seperti tadi. Siswa laki- laki melindungi yang putri. Siswa putri jangan memancing anak laki- laki untuk nakal ke kalian..."
**
Meski sempat ditegur oleh bu Nida, sesuai rencana seminggu yang lalu, kami akan memberikan kejutan untuk bu Nida yang akan ulang tahun besok pagi.
Kami urunan untuk membeli kue ulang tahun dan kado kecil buat beliau yang sudah mendidik kami. Layaknya mendidik anak sendiri. Disayangi, namun kalau ada kesalahan maka beliau akan menegur kami.Â
Kalau kesalahan berulang kali dilakukan maka beliau akan marah dan menghukum tanpa melihat siapa kami. Anak polisi, guru, petani atau lainnya pasti akan diperlakukan sama.
Sementara kelas sudah kami hias secara bersama- sama. Kami ingin memberi kejutan sebagai bentuk sayang kami pada bu Nida.
**
Keesokan harinya. Di hari spesial ulang tahun bu Nida kami sangat bahagia. Kami menyambut dengan berdebar kedatangan bu Nida di kelas. Pintu kelas kami tutup rapat. Kue ulang tahun tersaji di meja guru. Lilin pun sudah dinyalakan. Kado kami letakkan di dekat kue ulang tahun itu.
"Selamat ulang tahun, bu Nida!"
Begitu sambut kami ketika bu Nida masuk kelas. Bu Nida benar- benar merasa terkejut. Memang beliau tak pernah mengatakan kapan beliau ulang tahun. Kami berinisiatif mencari sendiri di kantor guru. Di sana ada daftar guru dan karyawan di sekolah kami.