Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kejutan untuk Bu Guru

13 September 2019   18:46 Diperbarui: 13 September 2019   19:04 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kuetart.wordpress.com

Pertama kali aku melihatnya, setelah kenaikan kelas, aku merasa takut dengan guru di kelas baruku, Bu Nida. Dari cerita kakak kelasku, guru di kelas baru itu galak.

Aku was- was. Khawatir kalau akan dimarahi olehnya. Namun ketika kelas satu masih masa pengenalan lingkungan sekolah, kelas dua ke sampai kelas enam pasti ada perkenalan dengan guru baru di kelas baru. 

Di sana ada kesepakatan kegiatan selama pembelajaran. Apa yang harus kami lakukan, hukuman yang kami dapatkan jika melanggar kesepakatan. Disampaikan pula materi yang akan kami pelajari di semester satu, rencana kegiatan, praktikum yang mungkin kami lalui dan masih banyak lagi.

Termasuk pembentukan pengurus kelas, jadwal piket, slogan kelas. Setelah itu kami merapikan kelas bersama- sama. 

Seketika itu, pikiran negatifku akan bu Nida hilang. Bukan guru galak atau sangar yang kami dapatkan. Guruku memang tak cantik sekali tapi menyenangkan. 

***

Akhirnya pembelajaran normal kami dapatkan. Tak terasa sudah hampir setengah semester kami lalui. Belajar bersama bu Nida, guru kami. 

Bu Nida ramah. Hanya sesekali marah karena ulah kami. Seperti kemarin. Fira, seorang temanku menangis karena dilempari buah kedondong oleh Fahri. 

Bu Nida bicara dengan kami. Bicara pelan. Tapi tetap kurasakan ketegasannya.

"Kenapa Fira? Kok kamu menangis?" tanya bu guru ketika di kelas.

Kami menjawab secara bersahutan.

"Dilempari kedondong, bu...sama siswa yang laki- laki..."

Kulihat dahi bu guru berkerut. 

"Kalian semua itu bersahabat. Tapi kenapa bisa siswa putra melempari kedondong ke Fira...?"

"Lha mereka duluan yang melempari kami, bu guru..."

"Maksudnya bagaimana?"

"Tadi kami main ayunan, bu. Terus tiba- tiba yang putri melempari kami dengan kedondong..."

"Kan ayunannya ada tiga. Kenapa nggak gantian mainnya?"

Bu guru menghela nafas panjang. Aku tahu pasti bu guru sedang menahan emosinya.

"Iya, bu guru. Kami cuma pakai satu ayunan tadi. Mereka saja yang serakah, bu guru. Kami tak mau kalau tiga ayunan untuk mereka semua..."

Pandangan bu guru disapukan ke seluruh siswa. 

" Berarti kalian juga sama saja. Siswa putra dan putri sama salahnya..."

Suasana kelas menjadi hening. Hatiku sendiri jadi dag dig dug.

"Mulai besok, kalau kalian mau bermain harus gantian. Nggak diulangi ulah seperti tadi. Siswa laki- laki melindungi yang putri. Siswa putri jangan memancing anak laki- laki untuk nakal ke kalian..."

**

Meski sempat ditegur oleh bu Nida, sesuai rencana seminggu yang lalu, kami akan memberikan kejutan untuk bu Nida yang akan ulang tahun besok pagi.

Kami urunan untuk membeli kue ulang tahun dan kado kecil buat beliau yang sudah mendidik kami. Layaknya mendidik anak sendiri. Disayangi, namun kalau ada kesalahan maka beliau akan menegur kami. 

Kalau kesalahan berulang kali dilakukan maka beliau akan marah dan menghukum tanpa melihat siapa kami. Anak polisi, guru, petani atau lainnya pasti akan diperlakukan sama.

Sementara kelas sudah kami hias secara bersama- sama. Kami ingin memberi kejutan sebagai bentuk sayang kami pada bu Nida.

**

Keesokan harinya. Di hari spesial ulang tahun bu Nida kami sangat bahagia. Kami menyambut dengan berdebar kedatangan bu Nida di kelas. Pintu kelas kami tutup rapat. Kue ulang tahun tersaji di meja guru. Lilin pun sudah dinyalakan. Kado kami letakkan di dekat kue ulang tahun itu.

"Selamat ulang tahun, bu Nida!"

Begitu sambut kami ketika bu Nida masuk kelas. Bu Nida benar- benar merasa terkejut. Memang beliau tak pernah mengatakan kapan beliau ulang tahun. Kami berinisiatif mencari sendiri di kantor guru. Di sana ada daftar guru dan karyawan di sekolah kami.

"Terimakasih, anak- anak. Bu guru sangat terharu atas kejutannya. Namun ada kado paling indah yang bu guru inginkan dari kalian..."

"Apa itu, bu Nida?" tanyaku dan beberapa teman.

Bu Nida tersenyum. Pandangannya disapukan ke arah kami satu persatu. Benar-benar guru idolaku. Begitu juga teman- teman.

"Bu guru hanya ingin kalian rajin belajar, selalu rukun dan kelak kalian sukses. Itu kado terindah untuk bu guru..."

"Ya, bu. InsyaAllah kami akan wujudkan itu..."

"Iya, bu. Doakan kami ya, bu..."

Kami memeluk bu Nida. Sosok pengganti orangtua  ketika kami berada di sekolah. Seraya kami doakan agar bu Nida selalu sehat dan diberikan rezeki yang berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun