Di seberang jalan Imogiri, mataku menangkap sosok perempuan anggun bersama seorang anak perempuan kecil. Usia perempuan kecil itu sekitar 3 tahun. Dahiku berkerut mencoba untuk mengingat- ingat siapa perempuan anggun itu.
Di tengah- tengah aku mengingat siapa perempuan itu, dia menganggukkan kepala. Tanda memang dia mengenalku. Tapi yang kuheran, mengapa dia tak menyapaku. Setelah menganggukkan kepala, dia tampak merendahkan posisi tubuhnya. Memastikan suara anak perempuan di sampingnya bisa didengarnya dengan baik.
Perempuan kecil itu bicara dekat telinga perempuan anggun ---yang belum juga kuingat namanya---. Tak berapa lama keduanya mendekati seorang lelaki yang ditunjuk si perempuan kecil itu.
Tunggu dulu. Aku juga tak asing dengan lelaki itu. Meski wajahnya tak jelas kulihat dari tempatku berdiri, dari ciri tubuhnya kuingat betul, siapa dia. Iya. Lelaki itu kuyakin bernama Andro. Lelaki yang begitu membenciku.Â
Perempuan kecil itu menyalami Andro. Mereka seperti dekat satu sama lain. Sementara perempuan anggun itu hanya memandangi keduanya dengan tersenyum.Â
Tak lama kemudian si perempuan kecil itu pergi bersama Andro. Sebelum meninggalkan perempuan anggun itu, si perempuan kecil itu melambaikan tangannya.
**
"Kamu beneran lupa sama aku, Sang?"
Perempuan anggun tadi menyapaku dan bertanya apakah aku mengingat namanya ataukah tidak, setelah Andro dan si perempuan kecil menghilang dari pandangannya. Seperti biasa, aku lupa. Aku masih bingung mengingatnya.
"Iya. Lupa. Kalau wajahmu sih nggak lupa. Tapi kalau namamu...ya begitulah..."