Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Kau, Nak...

16 Desember 2018   02:14 Diperbarui: 16 Desember 2018   03:33 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beranjak remaja kau, nak. Kami menantikan kepulanganmu di libur semesteran ini. Kau harus jauh dari kami, ibu dan ayahmu, untuk menuntut ilmu di tanah Jawa.


Bagi orangtua lain mungkin tindakan kami untuk menyekolahkan dan memondokkanmu di sana adalah tindakan nekat dan tega. Bukan begitu, nak. Kami juga seperti mereka, tak tega jauh denganmu. Di awal kau sekolah di tanah seberang sana, hati selalu merindukanmu. Air mata berlinang mengingatmu di masa kecil dan sekolah di SD dulu.

Ketika kangen melanda, ibu bergegas ke kamarmu. Melihat kondisi kamarmu, kubayangkan seolah kau di situ. Dan kurebahkan tubuh di kasur usangmu. Sungguh kami tak bisa jauh darimu, nak.

Dalam tiap shalat kami lantunkan doa yang akan menghangatkanmu dan mendekapmu. Doa tulus kami demi kebaikanmu semoga diijabah Allah. Itulah harapan kami.

Tahukah kau, nak? Ketika hari Minggu atau Ahad tiba, kebahagiaan kami membuncah. Paling tidak kami bisa menelponmu, mendengar suara dan kabarmu. Tapi kadang untuk meneleponmu kami berpacu dan berlomba dengan orangtua lainnya yang juga menyekolahkan di sana. Kami harus bersabar, mungkin juga denganmu.

Tak jarang kau curhat ketika kami telepon. Tentang iqab atau hukuman yang kau terima bersama temanmu ketika lalai dengan kewajibanmu. Kubesarkan hatimu, kukuatkan dirimu. "Itu akan baik untuk masa depanmu", begitu kataku. Ada juga curhat kau ingin dijenguk seperti temanmu yang bertempat tinggal tak jauh dari sekolahmu. Hatiku teriris, nak.

Tapi kau malah yang mengembalikan tawaku ketika kau ceritakan temanmu yang berasal dari Batam dan  juga kesukaan makan thiwul atau gathot juga gogik goreng yang dibawa orangtua temanmu.

Ya di sini tak ada, nak. Tapi kami mulai meniru kebiasaan orang di Jawa sana. Tiap ada nasi sisa kami jemur di terik matahari setelah itu kami goreng dan nikmati di waktu senggang di rumah. "Enak lho, Bu. Gurih. Apalagi ditaburi garam sedikit... Ibu coba di sana ya... haha..", begitu ceritamu tentang cemilan murah meriah tapi enak.

Kini, kau dalam perjalanan pulang ke tanah kelahiranmu ini. Kami menantikan di sini. Kusiapkan menu makanan kesukaanmu. Kau bilang kangen masakan ibu, ketika telepon terakhir kemarin.

Kami nantikan kau, nak. Insyaallah kita segera bertemu, kita main ke rumah nenek, paman dan teman-teman kecilmu dulu. Tapi jangan lupa untuk kebiasaan selama kau di penjara suci tetap kau lakukan setiap hari di rumah. Kami akan bangga meski dilihat dari prestasi mungkin tak begitu bagus. Kedepannya insyaallah akan lebih baik.

---

Pict: dokpri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun