Sebelumnya tak terbayang bahwa aku akan kuliah pada jurusan yang bikin orang lain eneg. Sejarah... kependidikan pula. Denger nama pelajarannya saja sudah males. Musti menghafal nama orang, tempat kejadian, waktu kejadian dan sebagainya. Dan itu semua seolah tak bisa dinalar seperti ilmu eksakta.
Jurusan atau program studi Pendidikan Sejarah pastinya menyiapkan mahasiswa biar jadi guru Sejarah yang menarik. Biar siswa lebih tertarik dengan mata pelajaran ini.
Meski tak begitu suka tapi aku sangat bersyukur bahwa aku bisa lolos dalam UMPTN, kalau sekarang dikenal dengan SBMPTN. Tak terkira kebahagiaanku ketika namaku terpampang di surat kabar harian legendaris di Yogyakarta Hadiningrat. Orangtuaku pastinya juga bangga.
Bagaimana tidak? Aku anak yang tak begitu pandai tapi bisa lolos UMPTN. Wuih... Bisa mengalahkan teman sebayaku di kampung yang terkenal pintar, Eko namanya. Oh iya namaku Ikhlas.
Masa orientasi mahasiswa ku jalani dengan santai. Hukuman demi hukuman karena kesulitan mencari materi tugas dari senior kampus. Tak apalah. Aku jadi terkenal. Hihihi...
Sampai saat kuliah tingkat akhir pun aku masih terkenal. Makalah untuk tugas mata kuliah di kampus muter-muter, bahkan dipinjam adik tingkat. Aku sih seneng aja. Apalagi ada seorang adik tingkat yang kalem, tak suka caper lihat mahasiswa ganteng kayak aku, juga ikutan pinjem. Hahaha...
Mahasiswi itu tak terlalu banyak bicara. Tapi ku lihat dia sangat bersemangat kuliahnya. Penampilannya pun tak macam-macam. Busana rapi, berjilbab anggun, tanpa asesoris aneh-aneh. Anggun banget.
Karena dialah aku bertekad untuk segera menyelesaikan skripsiku. Biar aku bisa bekerja dan bisa melamarnya. Karena ku tahu dia tak pernah mau pacaran layaknya anak muda zaman now. Ah... Dia adalah sosok yang ku idamkan untuk menjadi pendampingku.