Mohon tunggu...
Muchammad Jauhari
Muchammad Jauhari Mohon Tunggu... Pengasuh jooizzy.com
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Linux dan animasi. Sering berbagi cerita di jooizzy.com dan berusaha menyalurkan inspirasi di Youtube channel DroidTips

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Anak-anak di China Begitu Gila Belajar?

29 Juli 2025   09:52 Diperbarui: 29 Juli 2025   09:52 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sedang belajar di kelas (Sumber: Doc Pribadi)

Kalian tau nggak, anak-anak di China itu kalau belajar bisa dari pagi sampai malam, lho. Anak-anak setingkat SD udah ikut les tambahan, belajar bahasa asing, bahkan mulai jualan kecil-kecilan, baik offline maupun online. Sementara di banyak tempat lain, anak-anak seusia mereka masih ribut milih warna spidol atau adu tulisan siapa yang paling rapi.

Buat sebagian orang, pola hidup seperti itu kelihatan terlalu keras. "Ngapain sih anak-anak sekecil itu udah dijejelin target dan tekanan?" Tapi ternyata, cara mereka tumbuh nggak bisa dilepaskan dari budaya dan nilai hidup yang mereka anut sejak kecil.

Di banyak wilayah di China, pendidikan dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk naik kelas sosial. Nggak ada istilah 'santai dulu baru sukses.' Sekolah bukan sekadar tempat belajar. Tapi ajang survival. Anak-anak belajar rata-rata 10 jam sehari bukan karena terus dipaksa, tapi karena mereka tahu, kalau mereka nggak kejar sekarang, masa depan bisa tertinggal jauh.

Dan ini nggak berhenti di anak-anak aja. Orangtua mereka bahkan rela mengorbankan lebih dari setengah penghasilan untuk biaya pendidikan, les tambahan, bimbingan belajar, hingga pelatihan skill. Karena bagi mereka, pendidikan adalah investasi terbaik yang nggak bisa ditunda.

Budaya disiplin juga sangat dijunjung tinggi. Di banyak perusahaan China, terlambat lima menit bisa dianggap tanda bahwa seseorang belum siap bertanggung jawab. Bagi mereka, tepat waktu itu bukan soal atur jam, tapi cerminan dari respek terhadap masa depan dan waktu orang lain.

Bandingkan dengan budaya di beberapa tempat lain, di mana orang yang ambisius sering dianggap terlalu serius. Yang rajin kerja disindir kurang menikmati hidup. Yang belajar bahasa asing dikira sok internasional.

Padahal dunia ini... ya nggak pernah nunggu siapa pun siap. Nggak ada tombol "pause" untuk ngatur ulang hidup. Yang bisa beradaptasi dan tahan banting, dia yang jalan terus.

Banyak generasi muda China yang di usia 20-an udah mulai merintis bisnis, bantu keuangan keluarga, atau bahkan mulai investasi. Sementara di sisi lain, banyak juga yang di umur sama masih sering overthinking, bingung milih kerjaan yang cocok sama passion, atau sibuk mikirin "aku harus jadi apa?"

Nggak semua orang China sukses, betul. Tapi kebanyakan dari mereka punya arah. Dan yang bikin mereka unggul bukan sekadar IQ tinggi, tapi karena mentalitas mereka dibentuk untuk tahan tekanan.

Tentu, nggak semua budaya harus meniru cara mereka. Tiap tempat punya nilai dan pendekatannya sendiri. Tapi dari cara orang-orang China dibentuk, ada pelajaran besar yang bisa diambil: Ketangguhan lahir dari latihan, bukan keluhan. Disiplin bukan paksaan, tapi bentuk kasih sayang terhadap masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun