Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Suka Menulis dan Tertarik Pada Literasi, Politik dan Pemerintahan, Sosial Budaya, Lingkungan dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagian Terakhir : Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua

24 Februari 2024   21:27 Diperbarui: 25 Februari 2024   18:14 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen raya nenas di kampung Fonatu Kabupaten Maybrat (dokpri)

Keunggulan Sistem Polikultur dalam Menghadapi Krisis Pangan dan Menciptakan Pangan Berkelanjutan.

Krisis pangan (termasuk pangan lokal) merupakan satu masalah besar dalam kehidupan manusia, krisis pangan sering disebabkan oleh perang, kebijakan politik, perubahan iklim, kesadaran masyarakat, penurunan lahan pertanian, pola dan sistem pertanian yang belum tepat dan lainnya. Semua ini sering menyebabkan krisis pangan. Krisis pangan artinya, pangan yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan konsumsi  per rumah tangga/orang. Atau ada kesenjangan antara penawaran dan permintaan terhadap pangan, terutama pangan lokal Papua.

Baca Juga : Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua (Bagian I )

Krisis pangan bisa membawa petaka;  kelaparan, kekurangan gizi dan kematian. Krisis pangan sering juga berkaitan dengan sistem pertanian yang tidak tepat. Sehingga mudah mengalami krisis, ketika kondisi-kondisi tertentu tidak mendukung. Kondisi seperti yang telah dijabarkan di paragraf di atas, seperti perubahan iklim dan lainnya ( Seperti beberapa contoh kasus yang pernah terjadi di Papua). Sehingga perlu pendekatan yang tepat untuk menghadapi dan mengatasi krisis pangan lokal.

Jika diperhatikan pemaparan sebelumnya, terkait sistem polikultur, maka menurut saya, sistem tersebut jika dioptimalkan dengan baik, maka bisa menjadi modal dalam ketahanan pangan lokal Papua, guna mencegah terjadinya krisis, atau pun, ketika ada krisis pangan, masyarakat mampu bertahan dalam situasi tersebut. Hal ini terbukti dengan situasi pandemi selama 2 tahun lalu (2020-2022), secara umum, masyarakat maybrat bertahan dalam situasi tersebut, tidak ada krisis pangan. Karena ketahan pangan lokal cukup baik.

Baca juga : Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua (Bagian II)

Sedangkan, untuk Pangan berkelanjutan (sustainable food) merupakan satu hal yang perlu dipersiapkan oleh manusia, upaya tersebut bisa dicapai dengan ketersedian pangan lokal, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Ketersedian pangan berkaitan dengan kemampuan produksi pangan lokal, hal ini berkaitan lagi dengan sistem pertanian yang tepat. Problem pangan lokal di Papua, disebabkan oleh belum adanya kesadaran akan pangan berkelanjutan. Seperti Produksi untuk jangka panjang, atau banyak makanan yang sisi dalam rumah tangga yang dibuang begitu saja. Namun, beberapa rumah tangga masih memanfaatkan makanan sisa sebagai pakan ternak, seperti untuk ternak babi dan anjing.  

Sistem polikultur, menurut saya, bisa menjadi strategi tepat, menciptakan pangan berkelanjutan, dengan memanen hasil kebun secukupnya (agar tidak berlebihan dan dibuang), untuk konsumsi per rumah tangga, karena peran sistem pertanian bisa menjadi lumbung pangan hidup. Artinya sistem polikultur bisa sebagai strategi dalam menghadapi krisis pangan dan menciptakan pangan berkelanjutan, yang pada akhirnya mendukung terwujudnya kedaulatan pangan lokal papua.

Penutup

Masalah kelaparan, kekurangan gizi dan kematian, yang didorong oleh masalah pangan lokal Papua (sistem pertanian, ketersedian, akses, jumlah, dan kecukupan gizi), merupakan ancaman bagi kehidupan manusia di Papua. Tentu banyak faktor yang menyebabkan masalah tersebut, seperti kebijakan politik, perang, pandemi dan lainnya. Namun, mendorong dan memperkuat sistem pertanian yang tepat, menurut saya, menjadi jalan menuju kedaulatan pangan lokal. Jika pangan lokal papua menjadi berdaulat, artinya problem yang telah dibahas di awal artikel ini, minimal bisa diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun