Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Suka Menulis dan Tertarik Pada Literasi, Politik dan Pemerintahan, Sosial Budaya, Lingkungan dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

[Bagian II] Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua

24 Februari 2024   16:23 Diperbarui: 26 Februari 2024   09:08 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen raya Nenas di Kampung Fonatu, Kabupaten Maybrat.

 Ironi Papua : Tanah Yang Kaya Pangan Lokal

Kedaulatan pangan lokal Papua merupakan keharusan, yang terus diperjuangan oleh masyarakat (juga pemerintah), agar jangan memicu beragam problem bagi kelangsungan hidup di Papua. 

"Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal (Pasal 1, UU No. 18/2012 tentang Pangan)" . 

Kedaulatan pangan lokal artinya kecukupan kebutuhan pangan lokal, yang mencakup ketersedian lahan, sistem pertanian, produksi, distribusi dan komsumsi. Bahkan dalam UU Pangan menekankan sistem pangan harus sesuai potensi lokal. Titik inilah, pangan lokal menjadi penting.

Baca Juga : Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua (Bagian I )


Pangan lokal Papua bisa dikatakan salah satu yang paling kaya di Indonesia, baik pada sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan pertenakan dan lainnya. Seperti sagu, umbi-umbian, berbagai jenis kacang, sayur-sayuran, buah, daging, ikan dan lainnya, cukup berlimpah di Papua, baik yang dihasilkan (diproduksi) oleh tangan manusia, maupun tersedia di alam. 

Namun ironisnya, masih banyak problem kelaparan dan gizi buruk, bahkan kematian di Papua. Ironi ini membuat berbagai pihak perlu refleksi dan evaluasi terkait pangan lokal Papua. 

Apa yang bisa kita lakukan? 

Menurut saya mendorong dan memperkuat sistem pertanian yang tepat adalah salah satu alternatif untuk mewujudkan kedaulatan pangan lokal Papua.

Mendorong dan Memperkuat Sistem Pertanian Polikultur

Artikel ini lebih berfokus pada sektor pertanian. Alasan sederhananya, sektor pertanian sendiri, merupakan salah satu sektor yang mayoritas masyarakat Papua jalani.

Bahkan telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu, dikutip dari Keunikan Pertanian di Papua "Dimulai sejak sekitar 7.000 tahun sebelum Masehi, kini diyakni ada dua jenis pertanian khas tradisional di Papua. Yakni, perladangan berpindah dan pertanian lahan basah. Artinya, pertanian merupakan satu hal yang melekat dengan masyarakat Papua.

Pertanian lokal di Papua bukan sekedar menjalankan fungsi pertaniannya, melainkan juga ada pengetahuan lokal (local knowledge), budaya (culture), dan sistem pembagian kerja, yang teraktulisasi dalam praktek pertanian. Sehingga, pertanian memainkan peran penting dalam kehidupan orang Papua, kecuali masyarakat pesisir yang menjadikan pertanian sebagai pilihan sekunder.

Menurut Manuel Boissiere dan Yohanes Purwanto (2012), dalam buku Ekologi Papua, Seri Ekologi Indonesia Jilid VI. Secara umum ada dua jenis pertanian tradisional di Papua. 

Pertama, perladangan berpindah di daerah pegunungan. Kedua, pertanian lahan basah yang menetap di daerah pesisir. Sebagai contoh adalah pertanian yang ada di daerah Lembah Baliem dan sekitar Danau Wissel. 

Perladangan berpindah diterapkan di daerah lereng-lereng bukit dan kaki bukit, sedangkan pertanian menetap dilakukan di dasar lembah dan tepi sungai (Keunikan Pertanian di Papua).

 Pertanian yang dimaksud adalah pertanian tradisional dengan metode tebang dan bakar (lihat foto) yang saya dokumentasikan dari salah satu ladang pertanian, dan hampir seluruh pekerjaannya dilakukan dengan tenaga manusia. Praktek ini banyak dijumpai di tanah Papua, secara khusus yang saya amati di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya.

Sistem pertanian lokal di Papua tertentu bervariasi, namun yang paling dominan adalah sistem polikultur.  "Polikultur merupakan teknik menanam yang dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satu lahan dan waktu yang sama (dkpp Buleleng). 

Sistem ini berkebalikan dengan sistem monokultur, yang lebih menekankan satu jenis tanaman dalam satu lahan dan waktu. 

Sistem polikultur di Papua bisa dilihat sebagai " dapur kehidupan " karena berbagai jenis dan varian tanaman yang ditaman, dan dipanen secara bertahap serta berkelanjutan.

Sistem polikultur memilki banyak  kelebihan dibanding sistem monokultur.  Sistem ini bisa menjadi jalan menuju kedaulatan pangan lokal Papua.

*) Tulisan ini berlanjut.....

Bagian III : Sistem Pertanian dan Kedaulatan Pangan Lokal Papua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun