Namun, saya percaya masa lalu selalu menyediakan pelajaran-pelajaran penting dan inspirasi hidup yang perlu dipegang erag-erat dalam menjalani kehidupan sesuai konteks zamanya.
Pemilihan dan Keterpecahan dalam Masyarakat Kampung
Seperti cerita di awal tulisan ini, menunjukan bahwa pemilihan kepala kampung tidak sekedar bertujuan baik bagi demokrasi kampung. Tetapi, juga menciptakan friksi, konflik dan keterpecahan bagi masyarakat kampung.
Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh I Ngurah Suryawan “ Kondisi keterpecahan (fragmentasi) yang terjadi di tengah masyarakat Papua berimplikasi serius terhadap rapuhnya solidaritas dan integrasi sosial dalam masyarakat”( Suryawan, 2015).
Dalam tulisan tersebut, tidak bermaksud langsung pada kontestasi pemilihan kepala kampung. Namun, tulisan Suryawan memberi gambaran, bagaimana keterpecahan terjadi dalam masyarakat Papua, sebagai akibat globaliasi, pembangunanisme dan investasi yang menerjang masyarakat Papua. Sehingga, dua modal penting masyarakat Papua (solidaritas dan integrasi sosial) menjadi rapuh.
Saya melihat hal yang sama terjadi, ketika kebijakan pemerintah daerah terkait pemilihan kepala kampung secara langsung di Kabupaten Maybrat dilakukan.
Kebijakan tersebut, turut menghadirkan persolan-persoalan baru di kampung. Namun, saya termasuk orang yang mendukung kebijakan tersebut, bahwa jabatan kepala kampung harus dipilih secara demokratis (mandat UU Desa), sehingga mengakhiri praktek “ buruk” pengangkatan dan pemberhentian jabatan kepala kampung dengan nota dinas oleh Pemda Maybrat yang telah lama dilakukan.
Tetapi, yang menjadi persoalan adalah kebijakan tersebut dilakukan secara tergesa-gesa (yang penting barang jalan), serta tidak memperhitungkan konsekuensi dari pemiihan langsung bagi kehidupan sosial-politik di Kampung.
Seperti keterpecahan sosial, dan melemahnya solidaritas dan integrasi sosial di kampung. Padahal, solidaritas dan integrasi sosial, merupakan modal penting masyarakat Papua (terutama di kampung), untuk merespon nilai-nilah baru, serta segala tantangan hidup yang menimpa orang Papua.
Tanpa Solidaritas dan Integrasi sosial yang kuat, masyarakat Papua hanya akan menanti kehancuran hidupnya.
Kini prosesnya “kehancuran” berjalan sedikit, perlahan, tanpa disadari, tapi untuk jangka panjang akan berdampak dasyat. Dan, hal ini telah terjadi di kampung G, dan beberapa kampung di kabupaten Maybrat pasca pemilihan kepala kampung secara serentak pada oktober 2023.