Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemanjaan Akibat Subsidi

26 Maret 2018   17:00 Diperbarui: 26 Maret 2018   17:03 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tengok kejadian unik di sebuah SPBU: Mobil Toyota Camry, Mercedes, BMW, Innova, Fortuner, antri mengisi bahan bakar. Di depan SPBU itu, seorang laki-laki pemulung mendorong gerobak diikuti istri, dan anak kecilnya di dalam gerobak, mereka hendak mengumpulkan botol plastik kemasan bekas, nanti dijual ke pengumpul, lalu mendapat duit yang tidak seberapa. Di masa subsidi BBM begitu sangat besar, ini menjadi pemandangan unik dan sangat ironis. Subsidi BBM berakhir di tanki mobil Camry, BMW, Innova, Mercedes, Fortuner, Pajero, atau sepeda motor. Tukang gerobak pengumpul botol platik kemasan bekas itu sama sekali tidak memperoleh barang setets saja, hanya numpang lewat dari depan SPBU. Semakin banyak mobilmu, artinya engkau semakin kaya, semakin besar pula subsidi BBM yang kau nikmati, betul kan?

Lalu pada malam hari, melintaslah dari kolong jembatan layang yang di bawahnya banyak rumah kumuh kemiskinan. Tak ada lampu listrik, yang ada hanya cahaya kerlap-kerlip dari lampu penerangan jalan, atau dari sampah yang dibakar untuk mengusir nyamuk. Lanjutkan melintasi perumahan elit nan mewah, terang benderang di semua pojok. Setiap kamar ada AC, dan ada enam kamar tidur dan dua kamar pembantu. Juga tiga kulkas besar berikut TV di ruang tamu dan TV di setiap kamar anak. Belum lagi home-theater dan vakum cleaner pembersih debu. Semuanya menyedot listrik yang begitu besar. Pada zaman subsidi listrik digelontorkan besar-besaran, seratus triliun rupiah lebih, semua subsidi berakhir di lampu taman, kulkas, AC, home theater, milik orang berduit dan berpunya. Nihil untuk rumah di kolong jembatan.

Dan itu berlangsung puluhan tahun, menciptakan kenyamanan semu berikut kemanjaan yang berkarat, dan melahirkan keyakinan umum bahwa seperti itulah pemerintah yang memperhatikan rakyat miskin. Rakyat miskin yang mana?, rakyat pemilik Mercedes, Fortuner, Camry, BMW, kau sebut rakyat miskin? Rakyat yang memiliki enam AC di rumah, tiga kulkas, home theater, taman yang luas, kau sebut miskin? Bah.....

Kemanjaan, kini menjadi masalah akut. Saat pemerintah memiliki nyali berani memotong subsidi, publik heboh dan gempar. Yang heboh dan gempar itu sebenarnya bukan yang tinggal di kolong jembatan tadi, bukan yang mendorong gerobak barang bekas di depan SPBU tadi, tetapi yang menyetir Fortuner, Mercedes, BMW, yang AC di rumahnya ada tiga, kulkasnya dua, lampu di tamannya banyak. Buktinya, semua cercaan dan makian yang diunggah ke medsos untuk memprotes pemerintah, dikirim melalui gawai yang harganya paling murah lima juta rupiah per-unit, belum lagi untuk bayar pulsa.

Lelaki yang mendorong gerobak barang bekas di depan SPBU itu, dan juga penghuni rumah di kolong-kolong jembatan layang, mereka cuek-cuek saja tidak peduli. Ada atau tidak ada subsidi, entah subsidi apapun itu, tidak ada pengaruhnya pada kehidupan mereka, jadi tidur bisa tetap nyenyak di keremangan malam, bahagia juga mereka itu ya.

Hingga kini masih banyak yang menggerutu karena subsidi dikurangi habis-habisan, tetapi tengoklah, siapa sih yang menggerutu itu? Hingga kini "subsidi" masih menjadi jualan politik yang seksi dan mengundang birahi politik.

Kemanjaan berlanjut-lanjut. Subsidi BBM dikurangi teriak, subsidi listrik dikurangi teriak lagi, ketika pajak hendak ditagih, teriak lagi. Pemerintah hendak memeras rakyat melalui pajak, katanya. Bah.....

Nah, nanti, pasti ada calon yang menjanjikan memberikan kembali subsidi, dan menghapus pajak rakyat. Demi pemenuhan hasrat libido politik dan kekuasaan, tidak masalah jika Negara menjadi tidak punya uang untuk membangun infrastruktur, hingga tiba saatnya jalan raya tidak bisa dilewati, pelabuhan tidak bisa disinggahi, bandar udara tidak bisa didarati, sungai-sungai tidak bisa dibendung.

Pokoke saya menang dan berkuasa.......  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun