Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Doa Seorang Guru

14 Desember 2017   14:15 Diperbarui: 14 Desember 2017   21:24 2981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO)

2. Masalah adalah momentum emas
Apa yang dapat dilakukan seorang guru fisika di sekolah, ketika mengajar di kelas yang semua siswanya sangat displin waktu, semua siswa selalu mengerjakan semua tugas dengan baik dan benar, semua siswa selalu memberikan perhatian penuh ke pelajaran setiap saat, tidak ada siswa yang menyontek saat ujian, semua siswa meraih nilai tinggi, semua siswa sudah bermotivasi tinggi?

Tidak ada selain menjelaskan tentang hukum-hukum fisika, dan sekedar menjelaskan hukum-hukum fisika tidak begitu menarik dan menantang, tidak asik dan tidak seksi. Guru kehilangan peluang untuk menjalankan tugas suci, menanamkan nilai-nilai kehidupan.

Waktu adalah sumber daya terbatas yang tidak bisa didaur ulang, yang jumlahnya diberikan sama kepada semua manusia, 24 jam sehari tidak kurang dan tidak lebih. Nasib menjadi berbeda salah satunya adalah karena berbeda dalam mengelola dan mengalokasikan waktu. Momentum menyampaikan nilai hidup seperti ini sangat pas dilakukan saat ada siswa yang terlambat masuk kelas.

Kalian tahu apa yang saya sesali saat ini? Apa yang disesali orang tuamu? Apa yang disesali semua orang dewasa? Bukan tentang apa yang dilakukan, tetapi tentang apa yang tidak dilakukan. Seandainya saat itu saya lakukan begini maka ....bunyi penyesalan selalu seperti itu kok. Kesempatan terbaik menyampaikan hal ini ke siswa adalah saat ada siswa yang tidak mengerjakan tugas, ya kan?

Seorang pendaki gunung tidak hendak menaklukkan gunungnya, tetapi hendak menaklukkan dirinya sendiri, menaklukkan rasa takutnya. Meningkatkan batas kemampuan diri adalah tujuan utama pendaki gunung. Ujian-ujian yang kalian hadapi ini, itu seperti mendaki gunung. Tujuan utamanya adalah menaikkan batas daya tahanmu menjadi lebih kokoh, dan menaikkan batas daya juangmu menjadi lebih tinggi.

Bayangkanlah nanti di masa depan ketika kau sudah menjadi dokter spesialis bedah. Operasi bisa berlangsung lima jam non stop tanpa istirahat, kau sudah tahan? Nak, mari kita uji daya tahanmu lewat ujian yang dua jam ini. Sekarang, kau paksa dirimu untuk dua jam, kalau sudah lolos kita naikkan menjadi tiga jam. Nasihat ini sangat tepat saat menemukan ada siswa yang tertidur saat ujian.

Baiklah Nak, kita tidak berbicara masalah dosa, itu urusanmu dengan Tuhan. Tetapi yang kita bahas tentang manfaat. Mencontek itu sebenarnya adalah kau memindahkan masalah ke masa depanmu, masa saat tidak ada lagi yang bisa menolong dan membantumu. Kau menyontek dan nilaimu bagus, kau senang, orangtuamu senang, bahkan gurumu senang dan bangga. Tetapi akan ada waktu dan ruang di masa depan yang pada saat itu kau tidak mungkin menyontek, dan tidak ada yang bisa membantumu, maka tinggallah kau sendiri yang harus menghadapinya.

Tetapi kalau kau jujur dengan tidak menyontek, bisa jadi nilaimu menjadi rendah, tetapi saat itu banyak yang bisa membantu dan menolongmu. Saya sebagai gurumu, orang tua dan kakakmu di rumah, bisa membantumu menyelesaikan masalahmu itu. Hasilnya, di masa depan saat gurumu tidak ada, saat orang tuamu sudah pergi jauh, saat kakakmu di seberang lautan, kau sudah tahu bagaimana menghadapi masalahmu. jadi, jangan nyontek ya Nak ya. Kapan hal ini tepat disampaikan? Ketika ada siswa yang menyontek. Lihat lagi, siswa yang menyontek itu adalah pintu hati yang sedang terbuka.

Mari, rajin dan bersemangat, kontinu dan konsisten, memungut realitas sehari-hari, realitas yang terlihat sepele dan sederhana, tetapi sesungguhnya adalah pintu masuk untuk mengembangkan kemampuan diri, dan sekaligus menyampaikan nilai-nilai kehidupan ke anak-anak dan atau siswa remaja. Anak dan siswa adalah sumber inspirasi, agar pada akhirnya kita dapat menginspirasi mereka, saling menginspirasi namanya, itu sangat menyenangkan semuanya.

Guru dan murid, orangtua dan anak, bersama-sama bertumbuh dan berkembang.

Setuju...... ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun