Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kencing Setan dan Energi Ramah Lingkungan

6 Desember 2017   15:09 Diperbarui: 6 Desember 2017   15:12 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehebatan dari biosfer adalah dia memiliki mekanisme otomatis menyehatkan diri, suatu keajaiban alam. Tetapi tentu saja kemampuan menyehatkan diri itu ada batasnya. Pemahaman umat manusia perihal kemampuan ajaib biosfer untuk menyehatkan diri sendiri secara otomatis menjadi pengetahuan krusial jika hendak menjaga agar biosfer tetap sehat. Biosfer yang sakit menjadi hari kiamat buat umat manusia.

Frase energi ramah lingkungan itu sedikit membingungkan saya dan mungkin menyesatkan yang lain, apa yang dimaksud dengan ramah lingkungan?, tidak merusak lingkungan, atau tidak mencemari lingkungan, atau justru membuat lingkungan menjadi lebih baik, atau apa?. Pemahaman terbaik saya terhadap fraseenergi ramah lingkungan saya tempatkan pada bingkai batas kemampuan biosfer untuk menyehatkan diri sendiri. Selama biosfer masih mampu menanggung dampaknya, maka energi terebut masuk kategori ramah lingkungan. Jadi energi ramah lingkungan tidak bergantung pada jenis sumbernya, tetapi pada skala penggunaannya.

Kencing setan alias minyak bumi, energi fosil, tidak memberikan dampak buruk apapun apabila level pemakaiannya, dan karena itu pertikulat dan gas yang diemisikannya, berada pada batas-batas kemampuan biosfer untuk menyehatkan diri sendiri. Masalah baru timbul saat level ekstraksi energi dari kencing setan ini melampaui batas daya tahan biosfer untuk menyehatkan diri sendiri, dan itulah yang sudah terjadi dan akan terus dalam jangka waktu yang masih lama, yang dampaknya mulai kita tuai dan kita sesali, dan tidak berdaya mengubahnya kecuali hanya di ranah wacana.

'4. Semuanya Ramah dan Juga Tidak Ramah

Lalu bayangkanlah impian utopis manusia untuk menggantikan energi fosil (minyak) dengan sumber melimpah-ruah dan mudah diperoleh di bumi, yaitu air, berhasil dengan gilang gemilang diwujudkan melalui penguasaan teknologi. Dua pertiga permukaan bumi adalah permukaan air, sangat menarik. Lalu apa dampak yang unpredictable itu?

Mobil anda berhenti di tepi sungai dan mengisi penuh tanki mobil dengan air, anda hanya perlu sebuah gayung, masalah selesai, perjalanan bisa dilanjutkan. Hebatnya lagi, mesin mobil anda hanya akan mengemisikan uap air, atau mengemisikan gas hidrogen, atau mengemisikan gas oksigen. Ramahkah itu terhadap lingkungan?

Tetapi mungkin semua sungai akan kita bendung dan mendirikan pabrik di sana, mungkin di semua tepi pantai akan kita bangun pembangkit listrik, dan karena murahnya bahan bakar air itu maka setiap orang akan fokus agar memiliki sebuah mobil untuk dirinya sendiri.

Jadi pada akhirnya manusia akan menjejali biosfer dengan uap air, gas hidrogen, dan gas oksigen, pada skala yang sangat massif. Hingga kini manusia belum tahu apa dampak buruk jika kadar uap air, kadar gas hidrogen, dan kadar gas oksigen di biosfer meningkat secara drastis. Sebagai catatan, saat percobaan peledakan bom atom yang pertama (Trinity), ada kekhawatiran bahwa energi yang sangat besar yang dihasilkan dari ledakan bom  akan membakar atmosfer (gas oksigen) dan memicu kebakaran berantai yang akan membakar seluruh atmosfer. Kekhawatiran itu muncul saat kadar gas oksigen di udara sekitar 28%. Apa yang akan terjadi jika kadar gas oksigen meningkat menjadi 40%?, kita belum mengetahuinya.

Seperti juga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang mengekstrak energi dari energi potensial air terjun. Apa dampak terhadap siklus hidrologi apabila semua sungai yang ada kita bendung untuk keperluan PLTA?, kita juga belum mengetahuinya. Yang kita sudah paham adalah bahwa siklus hidrologi adalah salah satu nyawa biosfer, artinya jika siklus hidrologi mati maka biosfir juga mati. Dan jika biosfir mati? ...

Kita lanjutkan, jika semua tiupan angin kita cegat untuk menggerakkan turbin listrik, itu pasti mengubah pola aliran udara. Kita manusia belum mengetahui apa dampaknya terhadap iklim, yang kita sudah ketahui adalah bahwa aliran udara yang kita sebut angin itu adalah salah satu komponen pembentuk cuaca.

Dan kemudian semua sinar matahari yang terpapar ke bumi, atau katakanlah sebagian terbesar, kita konversi menjadi energi listrik, kita juga belum mengetahui dampaknya kepada siklus energi di atmosfer, terutama di biosfer. Jika seluruh permukaan gurun pasir kita tutup dengan sel surya, pasti ada dampak merugikan yang belum kita ketahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun