Saya sudah baca tulisan ini, narasi opini Sil Joni, S.Fil, "Mereka itu Jebolan Loyola" di media beritafajartinur.com tertanggal 17 Maret 2022. Dan, bagi saya menarik karena lasan sebagai berikut:
1. Ditulis oleh alumnusnya sendiri, alumnus SMA St Ignatius Loyola Labuan Bajo.
2. Memuji keagungan lembaga pendidikan alma maternya itu tempo doeloe (1980-an).
3. Point ke-2 itu ya, tersirat bahwa kondisi SMA loyola itu sudah turun pada saat ini, saat dimana Sil Joni sudah menjadi salah satu alumninya, yang kini berjarak waktu cukup jauh sejak tamat meninggalkan sekolah itu.
Saya tidak tahu, apakah lembaga pendidikan Sekolah Tinggi Filsafat & Theology St Paulus di Ledalero tempat Sil Joni dulu menimba ilmu juga dinilai sama. Mungkin beda? Entahlah.
Saya hanya mau bilang begini ya Pa Sil, sharing saja ya, yaitu:
1. Bahwa kebanyakan para alumni, alumni manapun, baik itu lembaga sekolah, atau semisal aktivist pejuang bangsa tahun 1966, saat PKI (Partai Komunis Indonesia) runtuh pada zaman Presiden Soekarno, aktivist tahun 1974 di Jakarta pada zaman Soeharto saat protes keras terhadap dominasi produk Jepang di Indonesia, terakir alumni Reformasi tahun 1999 untuk menggulingkan Presiden Soeharto, SELALU mengagungkan zaman masa lalu mereka itu dan meremehkan kualitas sesamanya pada hari ini.
2. Ketika alumnus 1945 masih hidup tahun 1960-an, mereka sinis terhadap kaum muda tahun 1960an, dimana kaum muda itu lahir thn 1950anlah.
3. Lalu anak muda yang lahir tahun 1950an itu ternyata kemudian berkualitas pada tahun 1966,1974. Kesinisannya tidak terbukti.
4. Lalu alumni 1970an itu, pada tahun skarang melihat sinis lagi kaum muda yang lahir thn 1970an, eh ternyata kaum muda pada tahun itu ada yang jadi Presiden, seperti SBY dan Jokowi misalnya. Apalagi para menteri. Belum terhitung para profesor di Lembaga Pendidikanm
5. Saya melihat para alumni ini teridap penyakit kekurangan, baik kekurangan kehilangan masa lalu yang jaya menurut ukuran mereka sendiri, maupun kekurangan informasi terkini dari kondisi aktual alma mater, atau mungkin kekurangan argumentasi karena tidak lagi berada di panggung "kejayaan". Kekurangan pasca kejayaan tempo doeloe itu, yah saya sebut saja Alumni Syndrome.