Mohon tunggu...
Jon Hardi
Jon Hardi Mohon Tunggu... Pengacara - ADVOKAT

Alumnus Fak. Hukum Univ. Andalas Padang lulus 1990.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadikan Olahraga sebagai Media Dakwah

14 Desember 2022   09:56 Diperbarui: 14 Desember 2022   10:14 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen kedua, setelah memenangi pertandingan, pemain dan pendukung Maroko melantunkan shalawat. Akibatnya shalawat nabi bergema di seluruh stadion, di arena nonton bareng, di jalanan, bahkan di kereta api.

Momen ketiga, beberapa pemain Maroko mendatangi ibunda mereka yang duduk di tribun. Malah ada yang membawa ibundanya ke lapangan, mengenalkan kepada penonton. Sungguh memberikan kesan menarik bahwa para pemain adalah anak-anak yang menyayangi ibunda mereka, sesuai hadist Rasulullah S.A.W., bahwa seorang anak harus berbakti tiga kali lebih banyak kepada ibunya dari pada kepada bapaknya.

Aksi-aksi ala pemain dan supporter Maroko ini sangat menarik perhatian publik dunia terhadap Islam. Meskipun belum diperoleh data resmi berapa orang yang menjadi muallaf akibat aksi-aksi ini, tapi setidaknya pemain dan supporter Maroko telah menjadikan sepak bola sebagai media dakwah Islam.

Dahwah Ala Olahrawan Lain

Sebenarnya Qatar dan Maroko bukanlah yang pertama dan satu-satunya yang memanfaatkan momen olah raga atau status olahragawan untuk ladang dakwah Islamiyah. Di sepak bola sangat familiar dengan aksi sujud syukur Mohammed Salah (Liverpool) dan Sadio Mane (Liverpool/Bayern Munchen) setiap selesai memmbobol gawang lawan. Sikap Islami pun mereka tampilkan di dalam dan di luar lapangan, seperti menolak selebrasi menggunakan alkohol, Sadio Mane "kepergok" membersihkan masjid, serta sikap dan tutur tata yang lemah lembut.

Khabib Nurmagomedov (petarung UFC dari Rusia), selalu menyelipkan dakwah Islamiyah di setiap pertandingan dan penampilannya. Menolak press conference yang ada alkohol, dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang, namun menjadi sangat garang melibas lawan-lawannya yang terkesan menghina Islam, seperti Gregor Mc Connors.


Tidak diketahui apakah dengan sikap mereka begitu telah mampu membuat orang-orang jadi muallaf, tapi paling kurang telah mampu menepis anggapan publik dunia yang telanjur mengidentikkan Islam dengan teroris, kekerasan, dan intoleran.

Lain lagi dengan Muhammad Ali. Setelah menjadi muallaf dan mengganti nama dari Classius Clay menjadi Muhammad Ali, beliau sangat rajin menjadikan tinju sebagai media dakwah. Setiap berbicara selalu menyelipkan ajaran Al Quran dan Sunnah Rasul. Salah satu hasil dakwah Muhammad Ali adalah bisa membuat Antonio Inoki (pegulat Jepang) menjadi muallaf usai pertandingan bersejarah mereka.

Nampaknya Qatar, Maroko dan para olahragawan sadar bahwa tugas dakwah bukan hanya domain para kiyai, ulama, dan ustad, tapi juga tugas semua penganut Muslim. Sesuai dengan seruan Allah dalam Q.S Ali Imran ayat 108, yang artinya: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah... dst"

Nah, kalau mereka bisa memanfaatkan profesi mereka untuk berdakwah, mudah-mudahan kita juga bisa menjadikan profesi kita masing-masing sebagai ladang dakwah. Fastabiqul khairaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun