Mohon tunggu...
Jon Hardi
Jon Hardi Mohon Tunggu... Pengacara - ADVOKAT

Alumnus Fak. Hukum Univ. Andalas Padang lulus 1990.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadikan Olahraga sebagai Media Dakwah

14 Desember 2022   09:56 Diperbarui: 14 Desember 2022   10:14 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dakwah Ala Qatar

Piala Dunia (PD) 2022 di Qatar menghadirkan nuansa yang benar-benar lain, hampir tidak pernah ada sepanjang sejarah PD, di samping biaya yang super mahal (USD200 billion = Rp3.000 triliun), tentunya.

Dulu, tahun 2012, waktu Qatar ditetapkan sebagi calon tuan rumah PD 2022, Penulis, mungkin juga sebagian besar warga dunia heran bercampur bingung. Pertama, Qatar nyaris tidak pernah ada dalam percaturan bola dunia. Negara Qatar belum pernah ikut PD. Kali ini Qatar ikut PD hanya karena ketiban durian runtuh sebagai tuan rumah. 

Itupun langsung tersisih di babak penyisihan. Kedua, Qatar negara kecil di Teluk Arab. Penduduknya hanya 2,9 juta jiwa, sekitar 2,5 juta jiwa di antaranya merupakan pekerja migran (berarti penduduk aslinya "hanya" 400 ribu jiwa). Ketiga, Qatar tidak memiliki sarana yang memadai untuk mendukung perhelatan akbar PD, baik sarana olah raga, sarana pendukung dan infrastrukturnya. Dan Qatar hanya punya waktu 10 tahun untuk mempersiapkannya.

Ternyata kebingungan itu telah dijawab Qatar. Buktinya, sampai saat ini penyelenggaraan PD terbilang sukses dan melebihi ekspektasi. Menariknya, Qatar tidak hanya mampu menyediakan sarana prasarana kelas dunia dan sukses penyelenggaraan PD 2022, tapi mampu menghadirkan nuansa Islami, yang memberikan kesan sangat berbeda dibandingkan PD-PD sebelumnya. 

Mulai dari aturan larangan LGBT/kampanye LGBT, pembukaan dengan lantunan ayat suci Al Quran, souvenir Islami, larangan minuman keras dan menyediakan minuman, shalat berjemaah di stadion sebelum pertandingan dimulai, sampai silaturahmi ala Islam yang ditunjukkan warga Qatar. 

Alhasil, banyak pengunjung dari negara-negara non Muslim memiliki kesan baru terhadap Islam, yang selama ini mereka persepsikan sebagai agama teroris, radikal, dan intoleran. Alhasil, PD 2022 Qatar berhasil mengasilkan ribuan muallaf (yang yang berpindah keyakinan menjadi Islam).

Ternyata Qatar  tidak mau Rp3.000 triliun tanpa membawa misi khusus. Ya, Qatar telah menjadikan ajang PD sebagai ladang dakwah Islam.

Dakwah Ala Kesebelasan Maroko

Kesebelasan Maroko lain lagi. Mereka menampilkan sepak bola bukan sekedar olah raga, tapi juga olah rasa. Aspek transedental dalam bermain bola kental sekali. Momen pertama, selain melakukan ritual doa bersama sebelum berlaga (hampir semua kesebelasan dan pemain melakukannya), pemain Maroko melakukan selebrasi gol dalam bentuk sujud syukur, bukan berlari kesetanan, atau menari-nari. 

Memang ritual sujud syukur pasca mencetak gol diperagakan juga oleh pesepakbola Muslim di turnamen lain, seperti Mohammed Salah dan Sadio Mane. Dilakukan juga oleh kesebelasan Indonesia asuhan pelatih Indra Sakti dan tim asuhan Bima Sakti. Tapi sujud syukur bersama-sama oleh satu kesebelesan, agaknya baru Maroko yang melakukannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun