Mohon tunggu...
Jonathan Hendrik Tamboto
Jonathan Hendrik Tamboto Mohon Tunggu... Murid

Murid Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Menteng ke Dunia: Saat Anak Muda Menemukan Arti Kebersamaan

4 Oktober 2025   21:41 Diperbarui: 4 Oktober 2025   22:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Canisius College Cup 2025 https://www.metrotvnews.com/play/NG9CQodr-intip-keseruan-pesta-olahraga-dan-seni-pelajar-se-jabodetabek-di-

Ruang Global: Tawa di Meja Makan Dunia

Bayangkan anak-anak dari Polandia, Spanyol, Amerika, dan Swedia mencoba makan nasi pakai tangan---lalu tertawa karena sambalnya terlalu pedas.

Itu bukan adegan film, tapi pengalaman nyata saya saat mengikuti CISV (Children's International Summer Villages) pada tahun 2022. Di kamp itu, kami hidup bersama selama beberapa minggu, belajar memahami perbedaan tanpa batas bendera.

Saya memperkenalkan budaya Indonesia: makan dengan tangan, nyeker di rumput, dan bermain angklung bersama. Tapi bukan hanya mereka yang belajar dari saya---saya juga ikut merasakan budaya mereka. Saya menari flamenco bersama teman dari Spanyol, ikut permainan musim panas khas Swedia, dan belajar menyapa dalam bahasa Polandia.

Yang paling saya ingat bukan pertukaran budayanya, tapi kebersamaan yang tumbuh dari rasa ingin tahu dan saling menghargai. Kami sadar, perbedaan bukan halangan untuk bersahabat. Justru di situlah karakter global lahir---dari keberanian untuk membuka diri.

Semangat itu juga hidup di tempat lain. Anak muda di Nepal turun ke jalan menuntut pendidikan yang adil. Di Swedia, mereka berjuang menghadapi krisis iklim. Di Filipina, mereka bersatu melawan disinformasi lewat literasi digital.
 Dari Menteng hingga Kathmandu, dari Jakarta hingga Stockholm, pesan yang sama menggema: anak muda bisa berbeda jalan, tapi tetap berjalan bersama.

Energi Kolektif dari Generasi Baru

Setiap generasi punya caranya sendiri untuk bersatu. Bedanya hanya zaman, bukan semangatnya.

Tahun 1928, Sumpah Pemuda menunjukkan kekuatan luar biasa dari kebersamaan anak muda. Mereka datang dari latar berbeda, tapi menyatukan hati demi satu cita-cita: Indonesia merdeka. 

Sumber: https://bappeda.jatimprov.go.id/2013/10/28/renungan-sejarah-apa-itu-sumpah-pemuda/ 
Sumber: https://bappeda.jatimprov.go.id/2013/10/28/renungan-sejarah-apa-itu-sumpah-pemuda/ 

Hampir seabad berlalu, semangat itu tetap hidup. Kini, anak muda tidak hanya bersatu di ruang politik, tapi juga di panggung olahraga, seni, teknologi, dan gerakan sosial. Mereka bukan sekadar penerus sejarah---mereka penulis bab berikutnya.

Suara Bersama: Ketika 17+8 Menjadi Gerakan Hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun