Mohon tunggu...
Jonathan Eric Handoko
Jonathan Eric Handoko Mohon Tunggu... Pelajar

Hai, saya ada pelajar di Kolese Kanisius

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lebih dari Sekadar Turnamen: Menemukan Diri di Balik Tugas Keamanan

5 Oktober 2025   20:59 Diperbarui: 5 Oktober 2025   20:58 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto angkatan CC'26 pada acara penutup CC Cup 2025

Kegiatan Canisius College Cup XL 2025 kembali bergulir dengan semarak yang luar biasa. Sorak-sorai penonton, semangat para pemain, serta kerja keras para panitia berpadu menjadi harmoni yang membangun suasana penuh gairah. Lebih dari dua ratus sekolah turut serta, dan lebih dari lima ratus panitia bekerja di balik layar agar pesta olahraga tahunan ini berjalan lancar. Namun, di balik gegap gempita pertandingan, tersimpan kisah kecil tentang tanggung jawab, kesabaran, dan pembelajaran berharga---kisah yang sering kali luput dari sorotan: kisah mereka yang menjaga agar suasana tetap aman dan damai.

Sebagai bagian dari seksi keamanan, tugas saya tidak selalu berada di bawah lampu sorot lapangan. Saya tidak mengenakan seragam pemain, tidak menenteng kamera seperti dokumentasi, dan tidak juga mengangkat piala kemenangan. Saya berdiri di antara kerumunan penonton---mengamati, menenangkan, dan memastikan semua berjalan tertib. Dalam setiap pertandingan, terutama saat dua sekolah besar saling berhadapan, suasana bisa cepat berubah. Sorakan bisa berubah menjadi ejekan, semangat bisa berubah menjadi emosi. Di situlah peran kami diuji, bukan hanya menjaga keamanan fisik, tetapi juga menjaga semangat sportivitas agar tetap hidup.

Pada suatu sore, saya ingat betul ketika dua kelompok supporter hampir terlibat keributan kecil. Hanya karena satu yel-yel yang dianggap provokatif, situasi seketika memanas. Dalam momen itu, saya merasa jantung berdegup lebih cepat. Namun, kami tidak boleh terbawa arus. Kami harus berdiri di tengah, menjadi penenang dalam lautan emosi. Saya mendekati beberapa supporter, berbicara dengan tenang, mencoba mengingatkan mereka bahwa CC Cup bukan ajang untuk menjatuhkan, tetapi ruang untuk bertumbuh bersama. Perlahan, suasana reda. Mereka saling berjabat tangan. Saat itulah saya menyadari bahwa menjaga keamanan bukan hanya tentang menghalau keributan, tetapi tentang menjaga hati agar tetap hangat di tengah panasnya persaingan.

CC Cup mengajarkan saya arti penting dari collaboration dan compassion. Setiap orang yang terlibat, baik panitia, pemain, maupun penonton, memegang peran penting dalam menciptakan pengalaman yang berarti. Kami belajar untuk saling percaya, menghargai, dan mengandalkan satu sama lain. Tidak ada yang bisa berdiri sendiri; setiap keberhasilan adalah hasil kerja kolektif. Bahkan dalam hal sekecil mengatur barisan penonton, kami belajar bagaimana memimpin dengan sabar, berbicara dengan empati, dan berpikir jernih dalam tekanan.

Highlight pertama yang saya pelajari dari pengalaman ini adalah bahwa karakter dibangun dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan konsisten, bukan dari satu tindakan besar yang hanya sekali terjadi. Menjadi bagian dari keamanan berarti berdisiplin datang lebih awal, memeriksa area sekitar, memastikan tanda larangan jelas terlihat, dan tetap waspada hingga acara selesai. Tidak ada yang melihat langsung kerja kami, tetapi kami tahu bahwa ketenangan yang dirasakan penonton adalah buah dari tanggung jawab yang kami jalankan dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, ada pula nilai magis, semangat khas Canisius yang berarti berjuang untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Saya belajar bahwa magis bukan hanya tentang berprestasi tinggi, tetapi juga tentang melampaui rasa lelah, malas, dan ego pribadi. Saat teman-teman panitia lain bersantai sejenak, kami di keamanan tetap berdiri di bawah terik matahari, memastikan tidak ada hal yang mengganggu jalannya pertandingan. Di situ saya menyadari: menjadi panitia keamanan adalah latihan kecil untuk menjadi pribadi yang tahan uji dan peduli pada sesama, bahkan ketika tidak ada yang memberi tepuk tangan.

Kini, setelah beberapa minggu berlalu, saya melihat CC Cup bukan sekadar ajang olahraga, melainkan cermin dari kehidupan itu sendiri. Di dalamnya, ada kemenangan dan kekalahan, ada tawa dan emosi, ada sorak dan hening. Tetapi di atas segalanya, ada semangat kebersamaan yang mempersatukan. Melalui pengalaman menjaga keamanan, saya belajar bahwa karakter anak muda tidak terbentuk dari kata-kata besar, melainkan dari tindakan nyata yang dilakukan dengan hati.

Saya menyadari bahwa menjadi muda bukan berarti hanya berani bersuara, tetapi juga berani menjaga kedamaian. CC Cup 2025 memberi ruang bagi kami untuk belajar menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, yang mampu menghadapi konflik tanpa amarah, dan yang tetap memelihara rasa hormat di tengah perbedaan.

Ketika lampu stadion mulai redup dan tribun perlahan sepi, saya sering menatap ke lapangan yang kini kosong. Di sanalah, di balik riuh yang telah usai, tersisa rasa syukur. Bahwa di tengah kesibukan dan kerumunan, saya telah belajar menjadi bagian kecil dari sesuatu yang besar---membangun karakter, bukan hanya menjaga keamanan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun