Janda cantik,kaya,muda,tidak punya anak,sehat dan sexy adalah figur wanita yang mungkin didambakan oleh lelaki normal baik yang sudah menikah maupun yang lajang. Tidak hanya lelaki muda tetapi yang tua pun pasti ngiler apabila melihatnya dan melenggok dengan anggun dihadapan mata si lelaki meskipun ada isteri dan anak disampingnya. Hal tersebut adalah normal dan baik adanya mengingat daya tarik dari lawan jenis yang memikat dan membuat lawan jenisnya abai akan apa yang sedang dilakukan atau dikerjakan.
Apa jadinya bila sebaliknya?
Janda berparas keriput, miskin, punya banyak anak yang masih kecil, sakit sakitan dan tulangnya dibalut dengan kulit yang keriput? belum tentu semua orang iba bahkan ingin untuk melihatnya. Apabila hal tersebut terjadi, bisa saja karena mata yang saling beradu secara tak sengaja atau karena Janda tersebut bekerja dirumahnya. Tentunya yang mempekerjakannya adalah keluarga yang memiliki cukup uang sehingga dapat membagi uangnya pada si Janda tersebut.Â
Uang yang dterima oleh Si Janda digunakan untuk kebutuhan dasar makan minum bagi anak anaknya, dirinya serta sebagian untuk obat obatan yang harus dikonsumsi agar bisa bertahan hidup. Hidup yang dimiliki oleh Si Janda adalah anugerah Tuhan dan Ia mengamini hal tersebut. Bukti dan bentuk ketekunan atas hidup yang diberi oleh Tuhan adalah ketekunannya beribadah, berdoa dan beramal. Keterbatasan dirinya membuat dirinya tetap beramal dan memberikan apa yang sepatutnya milik Tuhan dan kewajibannya sebagai warga negara.Â
Suara Ibu Janda tua ini sangat lirih saat berdoa, berbisik dan sesekali tersedu sembari memberikan kewajibannya pada Tuhannya. Ia bersyukur karena masih hidup dan atas anugrah Tuhan yang diterima.Â
Ia tahu bahwa bajunya yang lusuh dan bau tak layak untuk tempat ibadah yang megah, kokoh, bahkan memiliki kelengkapan audio visual terkini, cctv serta satpam yang berjaga 24 jam sehari. Â Keberadaannya tidak diinginkan oleh orang orang yang ber jas, turun dari mobil mewah, menampilkan kesalehannya, serta berduit. Mereka mempertontonkan pemberiannya yang dianggap besar namun hanya sebagian kecil dari apa yang dimiliki. Kesemuanya dilakukan oleh Si Kaya hanya untuk keuntungan pribadi dan apresiasi manusia.Â
Hal yang sama juga dilakukan dan diperbuat oleh pemuka agama di tempat ibadah tersebut. Tak satu kali pun Si Janda dikunjungi bahkan haknya pun tidak diterima. Ia diacuhkan oleh wakil Tuhan di rumah ibadah. Tentu saja hal tersebut tidak diperdulikan oleh Ibu Janda tua itu karena suaranya begitu lirih, sesekali berbisik dan renta karena yang diperlukan olehnya adalah pengakuan dari Tuhan.
Kala itu dari kejauhan terdengar suara tabrakan dan raungan yang keras. Tabrakan antara manusia renta, janda dan ringkih dengan sebuah mobil mewah yang melaju dengan kencang. Raungan itu keras dan kuat seakan akan melampiaskan segala diam serta lirih yang selama ini dipendam. Sesaat hal itu menghentikan aktifitas orang orang disekitar. Mereka segera berkerumun dan menghampiri korban  dan melihat bahwa Ibu Janda Tua telah meregang nyawa dengan tersenyum sesaat ia pulang dari tempat ibadahnya. Senyumannya menggambarkan bahwa Ia telah selesai melakukan yang terbaik bagi dirinya, anaknya juga Tuhan yang ia kenal.Â
Tuhan dan para malaikat menyambutnya dengan sukacita karena Ibu Janda Tua tersebut memberi dari kekurangannya dan dari rasa syukurnya meski dalam sepi, lirih dan berbisik.
Andai saja mereka tahu***
Memulai Menulis sebelum... 31/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H