Mohon tunggu...
Jon Ali
Jon Ali Mohon Tunggu... -

i'm a dreamer i'm a lover i'm a rebel!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahaya Isu Sektarian Sunni-Syi'ah Bagi Tegaknya NKRI

23 November 2013   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:46 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REFLEKSI ISU SUNNI-SYI'AH Oleh : Ust. Agus Abubakar Isu Sunnah-Syiah yang berkembang saat ini perlu di fahami dengan mempelajari sejarah dan geografi negara-negara Timur Tengah . Sejarah pergulatan pemikiran internal masing-masing mazhab Sunni maupun Syiah serta pergulatan antar mazhab dan antar kerajaan. Kita juga harus menelaah dengan teliti sejarah modern negara-negara Sunni (Turki, Saudi, Sudan dll) dan Syi’ah (Iran, Iraq dan Bahrain). Iran di masa Syah Iran merupakan anak emas Amerika dan mempunyai hubungan mesra dengan Saudi dan Isrel sebagai sesama anak emas. Masa-masa itu tidak ada isu Sunni-Syiah. Padahal kedua mazhab ini sudah ada sejak seribuan tahun yang lalu. Revolusi Islam Iran merubah konstelasi keseimbangan kekuatan. Revolusi menjungkirbalikkan keadaan. Iran berubah jadi anti Amerika. Hubungan diplomatik putus dengan Amerika dan Isrel. Kantor kedutaan Isrel diambil alih dan diberikan ke Palestina dibawah Yasser Arafat yg sebelumnya tidak punya hubungan diplomatik dengan Iran dibawah Syah. Kantor kedubes Amerika diduduki oleh mahasiswa militan Iran dan mereka berhasil menyita ribuan halaman dokumen rahasia yg berisi jaringan dan aktifitas Amerika di seluruh dunia dan khususnya kejahatan intelijen AS di dalam negeri Iran. Terjadi krisis penyanderaan diplomat. Amerika dibawah Presiden Jimmy Carter melakukan operasi penyelamatan sandera menyerang Iran dengan operasi bersandi Operation Evening Light bagian dari proyek 'Blue Light' tapi gagal dan mempermalukan reputasi Amerika di dalam dan di luar negeri. Amerika lalu merubah strategi antara lain, -secara langsung maupun tidak langsung- mendukung kelompok teroris domestik Iran Mujahidin Halq dan Furqon (kelompok sosialis marxis yang menyalahgunakan Al Qur'an dan ajaran Islam sebagai argumen pembenaran ideologi mereka) melakukan berbagai tindakan teroris dan 'political assassination' terhadap tokoh-tokoh Revolusi Islam Iran seperti Bahonar, Behesti, Murthadha Muthahhari dll, gedung parlemen Iran dibom dan menyebabkan jatuhnya banyak korban. Ali Khamenei pun dirancang untuk dibunuh dengan menaruh bom di mimbar khutbah beliau yang kemudian meledak dan melukai beliau dan membuatnya cacat kehilangan lengan kanannya. Iran dikucilkan, diembargo, dana yg berjumlah milyaran dollar yang tersimpan di berbagai lembaga keuangan AS dibekukan. Irak yg selama ini merupakan ancaman bagi negara-negara Arab tetangganya karena ideologi sosialis Baths-nya yang dilindungi oleh Uni Sovyet kemudian diprovokasi untuk menyerang dan menginvasi Iran. Maka terjadilah perang yang dipaksakan atas Iran (1980-1988). Dimana Irak menikmati dukungan dana dan persenjataan dari hampir semua negara Barat dan Arab minus Suriah. Sejak pecahnya perang Irak-Iran itulah isu Sunni-Syi’ah mulai digulirkan untuk mengesankan bahwa Iran itu bukan Islam, walau pun jelas-jelas Iran adalah anggota OKI, Rabithah Alam Islami, IDB dan berbagai organisasi kerjasama Islam lainnya. Ulama-ulama di negeri -negeri Islam termasuk Indonesia sempat menyambut revolusi Islam Iran sebagai permulaan dari era kebangkitan Islam yg dinanti-nantikan. Namun isu ekspor Revolusi Islam Iran membuat banyak pemerintah dunia Islam yang didominasi oleh Penguasa diktator dan Monarkhi di Timur Tengah menjadi was-was, termasuk Indonesia pada masa orde baru. Tidak dipungkiri bahwa di sebagian kalangan generasi muda di dunia Islam terinspirasi Revolusi Iran hingga ingin melakukan perubahan di negeri mereka, Meskipun latar belakang tradisi dan budaya serta situasi di negaranya berbeda Maka dimulailah upaya untuk membendung pengaruh Iran dengan mengangkat Isu Sunni-Syi'ah yang disponsori terutama Arab Saudi melalui Maktab Agamanya di seluruh dunia khususnya di Indonesia dengan mencetak jutaan eksemplar buku-buku yg mendiskreditkan Syi'ah dengan berbagai tuduhan fitnah. Mereka mendekati institusi keagamaan tertentu dan tokoh-tokoh ulama tertentu utk mendukung misi ini. Milyaran reyal Saudi dialirkan untuk 'membeli' ulama tertentu, membentuk dan mengakuisisi lembaga-lembaga Islam tertentu yang mendukung misi tersebut dan mengakuisisi ormas-ormas Islam yang sudah mempunyai akar dan nama di masyarakat. Mereka juga mengirim sejumlah ulama ke Indonesia untuk menyebarkan bahaya dan kesesatan bahkan kekafiran Syi'ah, padahal mereka (Saudi Arabia) menikmati uang milyaran dollar dari jutaan jemaah haji Syi'ah di seluruh dunia yang datang berhaji dan umroh ke Mekkah dan Madinah. Bahwa jutaan jamaah Syi’ah dari berbagai negara dan kebangsaan meramaikan ritual umrah mau pun haji di kedua tanah Suci. Bahwa negara-negara yang berpenduduk mayoritas Syi'ah seperti Iran, Irak dan Bahrain adalah anggota OKI, Rabithah Alam Islam dan Islamic Development Bank, dll. Semua fakta ini sengaja diabaikan demi kepentingan politik duniawi yang rakus dan kejam. Agama jadi alat pembenaran untuk pembunuhan dan peperangan. Berbagai isu dan fitnah direkayasa dan dipublikasikan. Tiga puluh empat tahun Iran mengalami pengucilan, blokade dan embargo, perang yang dipaksakan dan berbagai sanksi. Ternyata ini semua tidak melemahkan Iran bahkan Iran menjadi salah satu negara yang mencatat percepatan pertumbuhan sains dan teknologi yg tertinggi di dunia. Ini mengkhawatirkan musuh2 Iran khususnya Isrel dkk. Maka direkayasalah isu baru yaitu isu senjata nuklir yang mana sudah berulangkali ditegaskan oleh pihak Iran bahwa proyek nuklirnya adalah untuk tujuan damai. Bahwa senjata nuklir dan pemusnah massal lainnya adalah haram menurut fatwa para ulama Iran. Pihak Barat tidak percaya dan terus menekan Iran dengan berbagai sanksi ekonomi yang lebih berat. Saat ini perang urat syaraf tetap berlanjut dan ancaman serangan militer semakin massif. Isreldan Saudi kecewa dengan adanya perubahan dalam sikap presiden Obama terhadap perubahan kebijakan Iran di bawah Presiden Iran yg baru Hassan Rouhani, dimana langkah perundingan dihidupkan kembali. Kelompok ini bekerjasama untuk menyabot perundingan nuklir Iran dan memprovokasi dunia untuk melakukan tindakan militer setelah berbagai sanksi untuk melumpuhkan ekonomi Iran gagal. Berbagai upaya telah dilakukan dengan memanfaatkan DK PBB. Harapan Isrel dan oknum pejabat tinggi Saudi (dalam hal ini terutama pihak Bandar bin Sultan yang bertindak sendiri tanpa kordinasi dengan Raja Abdullah) untuk segera menggempur Iran secara militer menjadi pupus. Saudi (cq Bandar bin Sultan) menunjukkan kekecewaannya antara lain dengan menolak kursi anggota Dewan Keamanan PBB. Bandar dijadikan pintu masuk Isrel untuk mengobok-obok dunia Islam mulai langsung dari jantungnya Makkah dan Madinah. Bencana Perang saudara pun membayangi Saudi, biasanya untuk menyatukan pihak-pihak yang bertikai dibuatkan musuh bersama dari luar, dalam hal ini, Iran sangat tepat untuk dijadikan sasaran bersama. Untuk memuluskan rencana aksi militer dan untuk mengantisipasi reaksi kesetiakawanan yg muncul dari dunia Islam maka soft war yaitu perang disinformasi terhadap mazhab Syi’ah dengan berbagai rekayasa fitnah adu domba terus menerus ditingkatkan. Baik kalangan Syi’ah maupun Sunni disusupi agen yg melakukan misi penyesatan melalui dunia maya dan media on line serta televisi dan buku-buku yg memecah belah, sedang secara fisik direkayasa pemboman ke masing-masing pihak dengan teknik adu domba sambil memanfaatkan orang-orang yang lemah dan bodoh dari masing-masing pihak untuk memicu kemarahan, kekerasan dan melahirkan rantai balas dendam dan lingkaran setan yang tidak berujung. Selain itu metode proxy war pun diterapkan dengan mendukung dan memfasilitasi kelompok garis keras, teroris dan ekstrimis Islam seperti al Qaeda dkk untuk diadu dengan sesama Islam. Ini strategi bermata dua, ke dalam merusak kerukunan dan kesatuan umat ke luar merusak citra Islam sebagai agama kekerasan, kejam dan anti damai. Ini memuluskan proyek stigmatisasi Islam sebagai agama teror. Sebagaimana yang dipertontonkan saat ini di Suriah, Irak, Libya, Somali, Pakistan, Afganistan, dll. Bangsa Indonesia harus waspada, cermat dan kritis atas perkembangan dunia yang sedang berlangsung. Politik adu domba dan politisasi agama dengan menebar milyaran real di bumi pertiwi pada gilirannya akan menghancurkan pilar NKRI yang merupakan amanah para pahlawan dan pendiri Bangsa Indonesia. Intoleransi dan kekerasan atas nama agama adalah musuh kemanusiaan. (ABI/AAB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun