Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Menertawakan Hal Gaib

9 Februari 2023   08:14 Diperbarui: 9 Februari 2023   08:24 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Gaib | pixabay.com/Darkmoon_Art

Komika Rigen viral saat talkshow bersama GJLS di YouTube Tonight Show Premier. Perkaranya adalah dibongkarnya prank kesurupan dalam konten horor GJLS. Rigen sebelumnya yakin dan sombong punya ilmu mengusir jin akhirnya ciut dan malu. Pembahasan ini kemudian diangkat lagi dalam podcast di PWK milik HAS Entertaiment.

Kasus Rigen ini juga banyak saya temui dalam tongkrongan. Menertawakan kemampuan orang indigo yang mampu melihat makhluk gaib. Apalagi kalau sudah masuk pembahasan santet, pelet, dan kepet. Selain dianggap kuno, praktek tersebut juga di luar logika. Paku di dalam perut? Bakal dibongkar Pesulap Merah!

Awalnya logika saya juga menolak. Bahkan sampai sekarang saya kerap ziarah sendiri tengah malam dan tidak menjumpai yang aneh-aneh diceritakan orang-orang. Salah satu temanku mengatakan kalau itu hanyalah preferensi kebudayaan. Kita sering didongengi hantu dengan penggambaran yang detail. Ada pocong, genderuwo, kuntilanak, suster ngesot, hingga babi ngepet.

Semakin ditebalkan dengan visualisasi film atau sinetron yang mengangkat unsur mistis. Uniknya, malah tayangan seperti itu lebih menjual dan diminati penonton. Toh, di belahan bumi lain tidak ada gambaran hantu yang "masak cuma ada" di Indonesia. Saya juga pernah minta dibukakan mata batin agar bisa melihat hantu, buktinya sampai sekarang masih belum bisa juga melihat poci. Ah, mungkin terlalu gelap batin saya.

Namun semakin bertambah iman dan umur, saya mulai memaksa untuk meyakini hal-hal tersebut. Analisisnya sederhana, ketika ada teman yang saya meyakini tidak pernah berbohong bercerita tentang kejadian gaib yang ditemuinya. Kepercayaan itu timbul dari track record seseorang. Kalau biasa berbohong cerita hal gaib, ya sudah pasti ngarang.

Analais berikutnya tentang konsep beragama. Bahwa beriman itu berarti mempercayai hal gaib. Lhawong, Tuhan saja gaib. Sesuatu yang tidak kita ketahui itu artinya gaib. Pocong yang biasa ditemui teman saya mungkin bukan lagi disebut makhluk gaib ketika sering diajak ngobrol. Namun bagi saya tetap makhluk gaib. Menertawakan ketidakmasukakalan hal gaib berarti menunjukan ia tidak beriman.

Banyak cerita dari teman saya yang mengalami pengalaman kegaiban. Mereka bisa bercerita detail bentuk dan perilakunya, anehnya bentuknya tak beraturan. Beda dengan apa yang ditampilkan di sinetron Indosiar. Saya manggut-manggut saja mengiyakan ceritanya. Sosok menyeramkan yang suka muncul tiba-tiba.

Tiga hari yang lalu saya bertemu kerabat saya yang tumben datang ke rumah. Ia membuka percakapan dengan kalimat, "Minggu wingi balik to, ko?"

"Ha? Ora i mas. Aku neng Klaten,"

"Yo mungkin ngertimu ora, tapi sukmamu jagongan karo aku. Kowe balik boncengne wong wedok putih, rambute dowo. Kui sing ngalang-alangi kowe angel diceraki wong wedok. Dhekne ra lilo kowe cedhak karo wong wedok,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun