Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

4 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Membeli Rumah

28 Oktober 2022   11:00 Diperbarui: 28 Oktober 2022   11:17 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rumah impian | sumber: pixabay.com/image4you

Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia pernah berujar, "Generasi muda ini kemudian akan berumah tangga, kemudian mereka membutuhkan rumah. Tapi mereka cannot afford untuk mendapatkan rumah. Mereka butuh, tapi cannot afford karena purchasing power mereka dibandingkan harga rumahnya, lebih tinggi,"

Bahasa sederhananya, di masa mendatang, masyarakat bakal kesulitan beli rumah sebab harga properti naiknya lebih ngawur dibandingkan peningkatan gaji (Upah Minimun Regional). Apalagi ditunjuang dengan kenaikan berbagai harga kebutuhan pokok. Untuk sementara bertahan hidup aja susah, apalagi beli rumah. Meskipun masuk dalam kebutuhan primer (tempat tinggal), sepertinya makan jauh lebih primer untuk diprioritaskan.

Makanya anak muda di desa cenderung lebih santai menghadapi problematika kebutuhan rumah, sebab mereka biasa mengandalkan jatah warisan daripada ngoyo mikir angsuran Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Misal kepepet tidak punya warisan atau kebanyakan anak yang menyebabkan ada anggota keluarga yang tidak kejatah, mereka memilih tinggal di rumah orang tuanya.

Kegelisahan ketika menikah tinggal di rumah orang tua yang tidak bebas melakukan "ena-ena" khawatir kedengaran atau ketahuan, saya memilih menyegerakan beli rumah seadanya. Meskipun masuk kategori perumahan subsidi, setidaknya bisa menjadi kebanggaan diri untuk tidak bergantung pada jatah warisan.  

Nah, berikut saya mau berbagi pengalaman untuk hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum membeli rumah.

Harga

Ini menjadi faktor utama keputusan membeli rumah. Ada harga, ada rupa. Mau rumah mewah ya harganya pasti wah. Kalau mau sederhana biasanya bisa cari di berbagai platform digital jual-beli rumah. Di Facebook misalnya, banyak grup jual rumah yang terjangkau untuk kalangan seperti saya dengan gaji pas-pasan.

Kebetulan saya dapat harga perumahan subsidi yang logis untuk dibayar atau diangsur sesuai kemampuan. Minimal dengan adanya tanggungan, sedikit ngerem kebiasaan foya-foya pamer ngopi di kedai dan healing ke lokasi yang instagramable.

Jadi tentukan budget dan kemampuan mengangsur untuk memilih rumah. Jangan ngoyo langsung punya rumah mewah dan megah kalau penghasilan masih amatiran. Toh, rumah juga bisa jadi investasi yang jelas-jelas menguntungkan. Rumah saya sekarang aja sudah ada yang menawar dan dapat untung 50 juta meski baru 1,5 tahun dipakai. Rumah beda dengan alat teknologi. Semakin lama, rumah semakin mahal sebab tanah semakin langka, penduduk semakin bertambah.

Pembayaran

Sebelum beli rumah, saya diperingatkan kakak saya untuk tidak menggunakan sistem KPR. Why? Sebab bunganya bisa mencapai 100% lebih, tergantung tenor dan pembayaran uang muka. Lalu? Lebih baik utang ke tetangga atau kerabat yang sudah terlanjur kaya. Setelah itu nabung dan bayar utang tanpa bunga.

Misalkan harga rumah 150 juta, menggunakan sistem KPR bisa total bayar 300-an juta lebih. Detailnya bisa cek di masing-masing bank yang menyediakan perhitungan uang muka, tenor, dan jumlah angsuran per bulan. Sementara dengan utang yang sifatnya kekeluargaan (nonbank), bisa menghemat ratusan juta dalam sekali transaksi beli rumah.

Nah, saya menggunakan teknik utang kerabat atau saudara. Bayar lunas dulu seharga yang diminta penjual. Selebihnya mikir buat bayar utang. Yakni dengan menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bikin bisnis seadanya, asalkan uang KUR cair. Lumayan bunganya masih bisa dijangkau masyarakat ekonomi lemah. Teknik ini memungkinkan pelunasan rumah yang semula 20 tahun, diringkas menjadi 6-9 tahun.

Jenis Rumah

Ini juga penting dipertimbangkan. Apakah mau perumahan yang jenisnya cluster atau perumahan yang jenisnya biasa. Saya bingung memberi nama perbedaan perumahan yang berderet puluhan rumah setipe dengan perumahan yang punya jumlah empat sampai enam rumah dan berada di lokasi perkampungan. Kalau yang cluster biasanya dijaga satpam, sementara lainnya tidak.

Setelah itu, pilih ukuran tipe rumah sesuai kebutuhan. Kalau sudah menikah dan punya anak ya sebagiknya rumah tipe 54 ke atas. Sedangkan saya yang masih jomlo hanya beli rumah tipe 30/60. Asalkan bisa buat tidur, berak, dan masak air sudah cukup.

Apakah kelak saya pindah rumah jika sudah punya istri dan anak?! Belum tentu. Rupanya ada teknik meluaskan rumah yang semula ukurannya pas-pasan. Masih ada sekira 30 meter persegi yang bisa dibuat kamar, ruang tamu, dan taman.

Lingkungan

Ada juga alasan lingkungan yang dipertimbangkan. Apakah rumah dekat dengan sungai, makam, atau kandang sapi yang tentu punya nilai yang lebih rendah. Selain itu perhatikan juga alasan keamanan dan kenyamanan. Selain jenis perumahan, ada juga jual-beli rumah pedesaan yang dijual perorangan sebab kebutuhan ekonomi yang mendesak.

Bagi orang asosial, perumahan yang berderet tampaknya lebih ideal. Di sana tidak ada tanggungjawab ikut kumpulan RT, gotong royong, melayat, ronda, dan kegiatan rutin kampung lainnya. Sementara rumah di pedesaan harus siap berbaur dengan tetangga daripada berisiko di-rasani seumur hidup.

Alasan lain adalah sejarah rumah yang dijual. Jadi survei tidak hanya lihat foto dan model bangunan. Tanya tetangga di sekitar tentang sejarah rumah. Jangan-jangan alasan dijual karena setiap malam Jumat ditongkrongi pocongan dan kuntilanak.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun