Mohon tunggu...
Perdana Putra
Perdana Putra Mohon Tunggu... -

Pejuang Merah Putih

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rindu Era Soeharto yang Serbamurah

3 September 2013   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:25 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1378204549140545784

4,1Jt

4,3Jt

Revo

11 Jt

Upah Minimum (UMR)

20,330

23,930

31,290

36,820

36,820

2,2 Jt

Sumber : Statistik Indonesia  BPS, Jakarta

Era Soeharto semua memang begitu murah sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang memang sangat murah. Dimana waktu itu sebulan gaji UMR hanya bisa digunakan untuk membeli beras 35 Kg. Orang yang hanya bekerja sebagai buruh, jangan pernah bermimpi untuk beli Televisi apalagi Motor, karena harga televisi sama dengan 2 tahun gaji buruh (gaji utuh tanpa kalau tidak makan). Dan harga Motor pun sangat mahal jika dibandingkan dengan nilai mata uang kala itu. Sehingga sudah menjadi pemandangan umum jika orang yang punya Televisi pasti akan ramai dengan kehadiran tetangga kiri kanan yang ingin ikut nonton TV karena dari 10 deret rumah paling-paling hanya 1 atau 2 orang yang punya TV.

SPP Sekolah pun terbilang sangat murah, dan biaya SPP SMA tahun 90an hanya berkisar  15 ribu termasuk uang gedung. 15 ribu waktu itu berarti hampir ½ Gaji buruh selama 1 bulan. Jadi jangan heran kalau waktu itu jenjang SMA sudah terbilang bergengsi karena daerah-daerah pedesaan rata-rata hanya sampai SMP dan tidak lagi mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya.

Masalah komunikasi juga sangat menarik, dimana waktu itu Telephon interlokal zona 3 (Jakarta – jatim) berada dikisaran 3.500 (tigaribu limaratus rupiah) untuk waktu 2 menit. Artinya, Gaji buruh selama satu bulan, hanya cukup untuk telephon interlokal selama 20 Menit (Jakarta-Jatim).

Lantas lebih murah mana era Soeharto dengan era Sekarang ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun