Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dompet (Father and Son Diary II)

18 Mei 2023   22:11 Diperbarui: 18 Mei 2023   23:04 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Foto Keluarga" (dokumen pribadi. Foto: Gun, caption: Anna)

Disclaimer: Tulisan berikut mengandung materi sensitif. Readers discretion is advised.

Libur lebaran usai. Masa-masa ketiga anakku bersosialisasi di tengah keluarga dan handai taulan pun berakhir. Dian dan Lintang kembali diasuh oleh Kyai mereka. Bu Nyai di ponpes Yasinta Salatiga baru punya baby, Dian senang mengasuhnya.

Damar masih ada libur sepekan. Pas lebaran kemarin dia dapat jatah piket menerima tamu, jadi masa liburnya dapat dispensasi.

"Tak jemput Sabtu (13 Mei) yo, Cung? Minggu kita bablas Jogja. Tak jak ngalong." Kukirim pasan WA padanya.

"Yessir, ngalong ke mana?"
"Ada deh"
"Lha Senin aku wes masuk ki?"
"Mbolos. Sekalian kita ikut acara nikah mas bagus tgl 17."
"What??? Why???"
"Siap-siap aja."
"Oks."

Dari Wonosobo sehabis ashar, dengan Revo ban gundul, kampas rem aus, dan pajak telat, Sabtu habis maghrib aku sampai di Salatiga, rumah Kakung dan Uti, Tante Tere dan anak-anaknya. Chat WA untuk Mamak:

"Aku neng mbutuh, methuk Mha. Sesok mumpung minggu kliwon tak mampir nginguk kembar"

"Yo. Sesok tak nyelakno prei," jawab Mamak. Ia bekerja di rumah seorang dosen, merawat suaminya yang kena stroke dan harus didampingi intensif. Sulit baginya beroleh waktu libur.

Minggu itu, 14 Mei, kami kembali berkumpul full team di sebuah obyek wisata alam dekat ponpes Yasinta. Mamak memesan nasi bakar, sate kulit ayam, dan kue tart mungil. Ia ulang tahun. Hm... moment ajaib anugerah Tuhan setelah hampir enam tahun kami tercerai berai oleh lakon kehidupan.

Full team (selfie by Damar)
Full team (selfie by Damar)
Momentum di gubuk mungil tepi sawah itu singkat. Dian yang kolokan tak pernah melepaskan dirinya dari pelukanku. Sesekali ia terisak. "Kenapa Bapak tidak bisa lebih lama di sini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun