Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pisces

26 November 2020   12:54 Diperbarui: 26 November 2020   13:03 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Babyfish Corydoras sp. Kalamentje (dok. pri)

Karena manusia terlalu jumawa dan menganggap dirinya tokoh utama, bahkan satu-satunya, yang berhak menulis sejarah di hamparan semesta, mari kita simak  sebuah epik dari kingdom animalia. Tapi sebelum lanjut membaca, perlu saya ingatkan bahwa artikel ini bukan fiksi dan khusus dewasa. Di dalamnya belepotan kekerasan verbal yang melibatkan korban triliunan nyawa.

Kejadiannya bermula pada Agustus 2009 di ruas sungai Serayu yang berada di wilayah Desa Semampir, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Kemarau panjang "mengeringkan" Serayu. Kedalaman air hanya sedikit di atas mata kaki. Dilihat dari ciri-ciri geologi, ruas sungai itu sudah termasuk bagian hilir, meski masih berjarak sekitar delapanpuluh kilometer dari muara Serayu di Segara Anakan, Cilacap.

Enam kilometer di bawahnya  terdapat Bendung(an) Soedirman, di mana PLTA Mrica yang dikelola PT. Indonesia Power menggantungkan putaran turbin pada debit air Serayu. Satu kilometer di atasnya, sebuah bendungan di sisi Taman Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara, dibangun untuk mencegat sedimentasi. Tujuh kilometer di atasnya lagi, di Desa Sawangan, Kabupaten Wonosobo, bendungan serupa dibangun pula. Itu barangkali penyebab mainstream Sungai Serayu memendek jaraknya hanya sampai di sisi kebun binatang itu.

Selain itu, tambang galian C (pasir dan batu) yang dikelola perusahaan partikelir pemegang konsesi Daerah Aliran Sungai dan tambang liar rakyat, boleh jadi ikut andil. Contohnya tambang sirtu yang beroperasi di ruas Serayu di desa Semampir, tempat saya pergi mancing di puncak kemarau 2009 itu.

Eksodus

Apa boleh buat, Tuhan memang menganugerahi negeri ini dengan kekayaan alam tak ada tandingannya di dunia. Salah satunya keragaman hayati.

Serayu adalah habitat begitu banyak spesies ikan endemik yang populasinya, jika dijaga dan dimanfaatkan secara ramah lingkungan, bisa menjadi alternatif penggerak perekonomian. Seolah masih belum cukup kaya, di puncak kemaru 2009 itu saya bertemu dengan spesies ikan baru di Serayu.

Bentuk fisiknya mirip ikan gabus, tapi ukurannya hanya segede teri medan. Ikan mini yang oleh penduduk setempat disebut Kalamentje itu baru pada tahun itu dijumpai di sungai Serayu. Jumlah mereka tak terkira banyaknya. Tepian sungai dipenuhi bondongan ikan yang berenang ke arah udik kek karnaval tujuhbelasan. Lebar kelimun itu sampai satu meter, "tebalnya" mencapai enampuluh senti. Panjangnya sepanjang tepian sungai di kawasan tambang Semampir yang airnya dangkal dan arusnya lamban.

Ikan apa itu?

Saya berburu literasi dan membandingkan dengan pengamatan morfologis secara visual. Saya menyimpulkan Kalamentje adalah salah satu keluarga Corydoraceae (mudah-mudahan ada yang membantah setelah melakukan penyelidikan ilmiah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun