Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Rokok Kretek Sang Werkudara

8 November 2021   08:32 Diperbarui: 9 November 2021   13:29 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kota St Aignan, Perancis - dokumen pribadi

Di sisi lantai sebelah kanan, di bawah jendela ada lukisan-lukisan cat minyak yang disandarkan berdiri ke dinding. Semua lukisan itu hanya bertema satu: tokoh-tokoh pewayangan.

Di tengah ruangan, ditopang dua standar ada satu kanvas besar yang mungkin berukuran 2x1 meter yang belum selesai. Aku tidak paham siapa tokoh pewayangan yang belum selesai digarap itu. Walau badannya belum selelai dilukis, tapi wajah tokoh wayang itu sudah cukup jelas, sementara matanya begitu tajam menyorotkan sinarnya.

Christine seperti memahami pikiranku. "Il ne l'a pas encore fini. C'est Werkudoro", jelasnya.

Suaminya, Prof Marwoto, belum menyelesaikan lukisan itu saat ia meninggal 4 hari yang lalu. Lukisan yang belum selesai itu lukisan Werkudoro, Werkudara, alias Bima.

---

Malam itu di kamar loteng rumah keluarga Marwoto, pikiranku melayang kembali ke pertemuanku pertama kali dengan Prof Marwoto, dua puluh tahun yang lalu, 2001.

Adalah bau rokok kreteknya yang membuatku memberanikan diri menebak bahwa, laki-laki berkaca-mata tebal dengan rambut putih abu-abu sebahu itu adalah orang Indonesia. Aku ingat, ia berdiri asyik merokok di parkiran, saat jeda sebuah seminar tentang pembangkit tenaga nuklir yang kuhadiri di Grenoble, Perancis. 

Saat itu, kuangsurkan tanganku mengajaknya bersalaman sambil kuperkenalkan diri sebagai mahasiswa tahun pertama program doktorat enerji nuklir di Universitas Bordeaux.  Ia tidak menyambut uluran tanganku, namun dengan hangat malah menepuk-nepuk lengan tanganku sambil terkekeh memerkenalkan dirinya dan menawarkan kreteknya:

"Saya Marwoto Mas, pensiunan saja, hobby melukis tokoh-tokoh wayang. Rokok mas?" 

Di balik frasa "pensiunan saja", ternyata tersimpan sejuta prestasi hebat luar biasa yang nyaris tak ada hubungannya dengan kegemarannya melukis wayang.

Di sesi berikutnya, ternyata beliaulah pembicara utama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun