Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Apa Tindakan Pertama Saat Problem di Jalan?

3 Desember 2014   00:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:12 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Segitiga pengaman harus dipasang di jarak yang memadai di belakang kendaraan bermasalah

Sebagaimana dilaporkan Kompas.com hari ini satu kecelakaan lalu lintas yang memakan korban jiwa telah terjadi di Km 97+400, Tol Cipularang Sabtu Malam 29 November 2014 yang lalu. Ironisnya kecelakaan ini memakan korban jiwa seorang (alm. Fathkun Nadjib (50)) yang sedang menolong korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi terlebih dahulu. Video youtube yang diunggah di berita Kompas memperlihatkan bagaimana almarhum dan satu penolong lainnya sedang memasang tambang di badan mobil yang terlibat kecelakaan sebelumnya untuk dikaitkan ke mobil almarhum. Kemungkinan, almarhum dan rekannya bermaksud untuk menarik kendaraan yang kecelakaan untuk menepi ke bahu jalan. Pada saat memasang tambang itulah, secara mendadak datang kendaraan di sebelah kanan mobil yang kecelakaan dengan kecepatan tinggi dan menabrak pintu dan bagian depan kanan mobil serta almarhum Fathkun Nadjib. Tanpa mengurangi rasa hormat dan belangsungkawa atas meninggalnya korban yang gugur di saat menolong korban kecelakaan lainnya, ada satu hal yang nampaknya wajib kita ingat di saat keadaan darurat di jalan raya sebagaimana saat kita mengalami kerusakaan kendaraan atau mengalami atau memberikan pertolongan pada kecelakaan di jalan raya. Beberapa prosedur keselamatan yang harus dilakukan di saat kondisi darurat di jalan raya: Pertama sebagaimana diatur dalam UU 22 tahun 2009 ps 59 ay. 4 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, nyalakan lampu isyarat warna kuning sebagai peringatan bagi pengguna jalan lain bahwa kita akan menepi atau bahwa kendaraan kita mengalami masalah atau melihat ada suatu masalah di jalan. Kedua, apapun alasannya, baik siang maupun malam hari, pakailah jaket atau rompi pemantul cahaya sebelum keluar dari kendaraan. Jaket pemantul akan membuat kita  sangat mudah terlihat oleh pengguna jalan atau kendaraan bermotor yang melintas terutama di saat hari gelap seperti cuaca buruk atau malam hari. Keharusan bahwa rompi pemantul dan segitiga pengaman harus tersedia di kendaraan bermotor roda empat diatur oleh pasal 57 UU yang sama. Tersedianya jaket pemantul lebih dari satu akan sangat bermanfaat di saat darurat di mana lebih dari satu pengguna jalan harus keluar dari kendaraan.

[caption id="" align="aligncenter" width="150" caption="Pakai rompi ini sebelum keluar mobil"][/caption] Ketiga, usahakan keluar kendaraan dari sisi kiri atau sisi di mana tidak ada kendaraan melintas atau sisi di mana lajur yang tersedia diperuntukan bagi kendaraan dengan kecepatan yang lebih lambat. Keempat, segera pasang segitiga pengaman di belakang kendaraan yang bermasalah pada jarak yang memadai. UU 22 tahun 2009 pasal 121 mewajikan pemasangan segitiga pengaman di kondisi darurat. Sayangnya undang-undang ini sama sekali tidak mengatur berapa jarak penempatan segitiga pengaman ini di belakang kendaraan yang bermasalah. UU lalu lintas di beberapa negara Eropa memberikan rekomendasi atas jarak pasang segitiga pengaman. UU Belgia misalnya mensyaratkan jarak minimal 30 meter untuk jalan non bebas-hambatan, dan minimal 100 meter di jalan bebas hambatan. UU lalu lintas Inggris memberikan rekomendasi jarak minimum 50 m untuk jalan non bebas-hambatan dan 150 m untuk jalan bebas hambatan. Maksud dari pemasangan segitiga pengaman adalah agar pengendara kendaraan bermotor lainnya dapat melihat kita dan memiliki waktu bereaksi yang cukup untuk memperlambat laju kendaraannya .

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Segitiga pengaman harus dipasang di jarak yang memadai di belakang kendaraan bermasalah"]

[/caption] Ke-empat hal itu adalah tindakan yang minimum dilakukan di saat darurat di jalan raya untuk mengurangi resiko kecelakaan bagi penolong kecelakaan ataupun bagi kita yang ingin memperbaiki kendaraan. Di banyak negara Eropa hal di atas adalah hal yang seringkali ditanyakan pula dalam tes tertulis mengemudi. Intinya: semakin tinggi kelas jalan, semakin tinggi kecepatan maksimum di jalan yang bersangkutan, semakin ketat pula prosedur keselamatan yang harus kita patuhi dan jalankan. Semoga kejadian ini tidak pernah terjadi lagi di masa mendatang. Penulis mengucapkan bela sungkawa sedalamnya untuk Bapak alm. Fathkun Nadjib dan keluarga. Sumber gambar: wikimedia.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun