Dari tiga contoh di atas, beberapa kebijakan dapat diterapkan untuk menghindari perangkap resesi ekonomi. Pertama, mengoptimalkan kinerja sektor pertanian untuk menjaga kestabilan stok dan harga pangan selama pandemi. Fakta menyebutkan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang dapat bertahan sekaligus mampu menyangga perekonomian. Selama dua kuartal berturut-urut di tahun 2020, sektor pertanian tetap tumbuh positif meski dihantam oleh pandemi Covid-19 sejak Februari. Terlebih porsinya terhadap perekonomian masih mencapai 12 persen, agaknya sektor ini masih bisa diandalkan sebagai pengungkit perekonomian.
Kedua, menetapkan fokus program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berdasarkan kewilayahan dengan memerhatikan andilnya terhadap kue ekonomi. Dua wilayah dengan andil terbesar seperti Jawa dan Sumatera (sekitar 81 persen), pada kuartal kedua 2020 mengalami kontraksi masing-masing minus 6,69 persen dan minus 3,01 persen. Dengan demikian, program PEN mampu menghindarkan ekonomi dari perangkap resesi bila difokuskan terlebih dahulu untuk dua wilayah itu.
Ketiga, mendigitalisasi seluruh sistem transaksi barang dan jasa untuk menjalankan denyut perekonomian. Masih adanya pemberlakuan jaga jarak (physical distancing), sistem transaksi barang dan jasa akan berjalan sehingga arus ekonomi tetap mengalir. Didukung restrukturisasi pelayanan perbankan serta peluncuran kredit lunak juga akan mengakselerasi bangkitnya usaha kecil, menengah dan besar.
Keempat, untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah dapat merealisasikannya melalui operasi pasar dengan protokol kesehatan, menstimulus aliran uang beredar dengan merilis pecahan uang baru, atau melalui jalan pintas dengan menggenjot belanja pemerintah, investasi, serta konsumsi penduduk menengah ke atas.
Keempat langkah tersebut tentu akan efektif apabila dalam pelaksanaannya memerhatikan protokol kesehatan. Dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan yang baik, semoga menjadi ikhtiar bersama agar ekonomi cepat pulih.
