Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Butuh Presiden yang Punya Program Mengelola Emak-emak

10 Maret 2022   10:15 Diperbarui: 10 Maret 2022   10:23 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Instagram/@receh.id 

Masa bodoh dengan feminisme dan kesetaraan gender. Emak-emak harus ditindak!

Kali ini saya setuju dengan perintah Jokowi untuk meminta istri personel TNI dan Polri tidak mengundang ustaz penceramah radikal karena atas nama demokrasi. Juga pembicaraan mengenai ketidaksetujuan terhadap kebijakan IKN di grup-grup WhatsApp harus segera ditertibkan.

Tapi bukan hanya itu, emak-emak entah istri TNI dan polri maupun yang bukan, juga harus dikelola. Misalkan waktu demo yang membawa baliho anjing berkepala Gus Yaqut dan juga menginjak-injak fotonya sambil besorak riang gembira. Emak-emak bengis yang tidak takut hukum. Lagian tidak ada yang berani meladeni ocehan emak-emak ketika sedang emosi. Butuh undang-undang yang minimal membatasi pergerakan unpredictable emak-emak masa kini.

Namun sebelum jauh melihat fenomena emak-emak brutal tersebut, banyak hal di sekeliling kita yang ketika muncul tokoh emak-emak langsung membuat emosi. Namun emosi tersebut hanya dipendam sebab tahu risiko meluapkan emosi kepada emak-emak hanya akan jadi bumerang bagi diri sendiri.

 

1. Emak-emak dilarang ambil uang di ATM

Aturan ini harus segera disahkan di parlemen. Emak-emak mungkin kurang tahu kalau fungsi ATM utamanya adalah untuk transfer dan ambil uang tunai. Aktivitas lain paling cek mutasi sebagai bukti jualan daring. Saya selalu gelisah ketika antre ATM dan di depan saya adalah emak-emak. Entah aktivitas apa yang dilakukan di dalam, butuh waktu puluhan menit menunggu emak-emak keluar dari bilik ATM.

Emak-emak tidak punya perasaan ewuh pekewuh ketika sudah masuk ATM. Antre 100 orang pun mereka tetap khusyuk pencat-pencet tombol ATM. Keluar-masuk kartu ATM sampai menipis. Sesekali saya intip, si emak-emak tidak melakukan transaksi apapun. Ketika keluar, ia hanya sibuk memasukan dompet ke dalam tas. Tidak mau melihat manusia-manusia yang sudah membludak menunggunya keluar.

Saya belum tahu pasti alasan emak-emak berlama-lama ngadem di dalam ATM. Apakah menerjemahkan menu di ATM atau menunggu keajaiban tiba-tiba uang keluar tanpa melakukan transaksi. Emak-emak harus sering diberikan sosialisasi bahwa ATM itu milik semua orang, bukan hanya emak-emak saja.

Belum lagi kalau sudah main serobot antrean. Semua jamaah yang antre hanya termangu melihat emak-emak yang melenggang bebas masuk ke dalam bilik ATM tanpa melihat nasabah yang antre duluan. Tanpa permisi dengan wajah pongahnya, seolah hanya ia yang punya kepentingan mendesak mengambil uang. Sudah main serobot, lama lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun