Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syukur

2 Februari 2019   11:45 Diperbarui: 2 Februari 2019   12:48 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah bersyukur kah hari ini?

Syukur itu artinya wujud atau ungkapan atau perasaan terima kasih kepada Allah. Meskipun ada yang mengkontradiksikan makna syukur menjadi cemoohan, misalnya saat keselak makanan, "Syukurin, makanya kalau makan itu berdoa dulu". Namun di sini kita akan sedikit membedah makna denotatif dari syukur itu sendiri.

Sebelum membaca tulisan berikut, alangkah lebih mesranya kalau kita mengenang perjalanan hidup selama 24 jam ke belakang. Berapa banyak nikmat yang sudah diberikan kepada kita dan berapa banyak laku dosa yang kita perbuat. Belum lagi sikap atau perasaan abai kepada Tuhan dan seluruh kuasa-Nya.

Kalau masih susah untuk mewujudkan perasaan syukur, coba bayangkan jika kita tidak diberi kenikmatan bernafas maksimal 5 menit saja dari 24 jam tersedia dalam sehari. Masihkah kita bisa tertawa, menghujat, menghakimi, membenci, dan bermaksiat?! Seharusnya kita mati. 

Sayangnya sekarang mati bukan lagi menjadi sebuah ketakutan bagi manusia. Himbauan berziarah agar mengingat mati juga tidak mempan bagi mereka yang merasa punya umur berlebih untuk melakukan segala apapun. Padahal kiai saya pernah bilang, "Bahwa kunci hidup itu adalah ingat mati." Membayangkan kalau satu jam dari sekarang kita akan mati.

Kembali kepada hakekat bersyukur,

:

Saya akan membahas kalimat terakhir dari HR. Tirmidzi berikut. Keutamaan doa adalah membaca alhamdilillah. Kalimat yang biasa diucapkan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan. 

Sayangnya, ungkapan syukur ini hanya dilakukan pada momen tertentu yang bisa memanfaati dirinya. Sehingga sesuatu yang dianggap wajar atau biasa, lupa kita syukuri. Lupa bersyukur karena bisa melihat, mendengar, istirahat, berbuat baik, hingga bisa bercita-cita.

Padahal syarat utama menjadi "manusia", adalah ekspresi bersyukur. Dijatah Allah sebagai makhluk paling sempurna di alam semesta. Kita bukan tumbuhan yang hanya sami'na wa atho'na sama Tuhan dengan tumbuh tinggi/ besar sepanjang waktu, kemudian layu atau mati ditebang oleh manusia. 

Saat buah dan daun mereka dipetik, mereka tidak bisa berteriak dan meronta meminta tolong seperti manusia yang hendak terancam. Tumbuhan mengajarkan sikap kepasrahan yang luar biasa yang jarang ditiru manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun