Mohon tunggu...
Joko Rinanto
Joko Rinanto Mohon Tunggu... Penulis -

Menulislah, karena hidup adalah sebuah perjalanan pengaruh dan memengaruhi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obat Sariawan dalam Semangkuk Bakso

12 Agustus 2011   06:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:52 2658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa waktu lalu, pernah agenda yang telah saya buat jadi berantakan karena diare. Padahal rencananya hari minggu tersebut saya ingin ke rumah sepupu saya untuk meminjam buku. Tapi dari kejadian tersebut saya akhirnya mendapat informasi yang membuat tersentak. Mengingat kejadian tersebut berkaitan dengan penyakit diare yang baru saja saya alami. Kira-kira beginilah ceritanya:

SMS Jum’at pagi,

Saya: Ucrit, tar sabtu gw ke tempat u yah, jangan lupa buku OOP pesenan gw.

Sepupu Saya: Ok, tar gw pinjemin sekalian sama kopian yg lainnya. Tp jgn diilangin yah?

Saya: Ok! (-_^)b

Setelah sholat Jum’at saya kerja seperti biasanya. Orang-orang dari semua divisi seperti biasa berkumpul untuk brieving, hingga di sore hari terdengarlah suara tukang bakso, “Tok! Tok! Tok! Tok!”

Atasan saya langsung menawarkan semua orang yang ada di kantor, “Oi, pada mau bakso kaga lo? Kalo mau, pesen sana!”

Akhirnya saya ikut memesan bakso tapi seperti biasa saya bilang sama OB, “Mau dong, tapi bilangin si abangnya, jangan pake saus ama jangan pake vesin, Ok!”

Bakso pun datang, dan saya mulai menyantap bakso tersebut. Ada yang gepeng bentuknya, dan ada yang bulat. Beberapa teman yang lain makan bakso yang sama tapi dengan tambahan saus yang menyebabkan kuah bakso menjadi merah dan tentunya dengan vetsin.

Tapi saat saya makan bakso tersebut saya mulai merasakan keanehan. Bakso yang bentuknya bulat terasa lebih kenyal. Tapi saya coba berbaik sangka dan terus menyantap makanan tersebut, tapi akhirnya ada perasaan dimana saya tidak dapat menghabiskan makanan tersebut. Bukan kebiasaan saya jika makan tidak dihabiskan, kecuali jika ada hal-hal yang membuat perut saya tidak dapat menerima makanan tersebut. Biasanya kejadian tersebut ditandai dengan perasaan ingin muntah, dan seperti itulah kejadian yang saya alami sore itu.

Jum’at malam, sekitar pukul 22:00 akhirnya saya pulang ke rumah. Tetapi tak lama saya merasakan hal yang aneh dan mulai merasakan ingin buang air besar. Akhirnya saya segera masuk ke dalam wc dan ternyata saya mulai merasakan akan terserang diare.

Kejadian buang air besar yang terus-menerus terjadi hingga sabtu pagi. Tapi kejadian ini tidak sampai menimbulkan dehidrasi. Lantas saja saya membuat campuran daun jambu biji dengan tambahan kunyit dan saya minum setiap dua jam sekali. Di samping itu saya mulai konsumsi madu untuk menahan agar cairan yang keuluar tidak terlalu banyak.

Sabtu sore, frekuensi diare sudah mulai menurun, tetapi saya masih merasakan mulas, alhasil saya harus menunda untuk pergi ke rumah sepupu saya.

SMS Sabtu Sore,

Saya: Crit, gw ga mungkin ke rmh u, kaya’a mlm snen aj dech. Gw kna diare nich

Sepupu Saya: Ywdh, tp kl gw lom plg u sms aj, gw balik dr apotek jam 9

Saya: Ntar kl dah smpe gw sms dah

Akhirnya, minggu siang sudah tidak ada lagi mulas dan frekuensi buang air besar sudah terhenti. Kira-kira jam 20:30 malam saya berangkat dari rumah menuju rumah sepupu saya di Kalimalang. Jam 21:10 saya sampai di rumah sepupu saya. Tidak lama kemudian, “Tok! Tok!, Salamualaikum,” sambil membuka pintu.

“Baru nyampe lu ko?”, Tanya sepupu saya

“Iya crit, ini gw paksain soalnya gue butuh buku itu buat besok,” jawab saya.

“Lo knape bisa kena diare?”, Tanyanya lagi

“Tau nich! abis makan bakso, perasaan udah mulai ga enak, tapi mulai diarenya sich pas malemnya.” Jawab saya. Sambil menyeruput segelas air hangat.

“Tapi yang laen sich pas gue tanya ga ada yang diare, ya mungkin karna mereka tubuhnya lebih toleransi dari gue. Kalo gue kan banyak pantangannya, macem-macem yang gue tau bakal bahaya ya ga gue makan, saus aja anti gue mah.” Jelas saya menambahkan.

“Eh, lo ati-ati kalo makan bakso mangkanya, gue mau cerita nih di apotek gue!” Sepupu saya mengingatkan

“Lo tau GO* kan? Tukang bakso itu suka pake begituan tau ko!” Katanya

“Oh, Gummi Acacia maksud lo? Yang buat bikin emulsi?” Jawab saya. Dengan nada tanya untuk sedikit menebak.

“Bukan, itu obat sariawan yang isinya borax! Nah pernah ada tukang bakso deket apotek gue beli itu sampe satu lusin, gue aja bingung buat apaan banyak banget. Orang gue aja pake buat sariawan satu botol ga abis-abis.” Jelas sepupu saya.

Akhirnya sepupu saya bercerita bagaimana dia mulai menyelidiki waktu orang yang membeli obat tersebut dalam jumlah banyak datang ke apoteknya. Dia sempat bertanya ke tukang bakso yang membeli obat sariawan dengan jumlah yang aneh.

“Pa, emang buat apa, kok beli ini banyak banget?” Tanya sepupu saya

“Buat anak saya neng, anak saya kena sariawan terus…” Jawab tukang bakso

Kemudian sepupu saya memberikan selusin obat sariawan tersebut, walau perasaan curiga tidak juga hilang dari benaknya.  Keesokannya sepupu saya bertemu dengan teman satu kerjaannya dan menceritakan kejadian tersebut dengan rekannya. Ternyata rekan kerjanya menjelaskan kalau belum lama ini dia sempat makan bakso di tempat tersebut dan memang bakso yang dimakannya agak aneh. Kekenyalannya agak berbeda dengan bakso pada umumnya.

Setelah mendapat informasi dari rekan kerjanya, akhirnya di lain waktu setiap tukang bakso tersebut ingin membeli obat sariawan di apotek tempat sepupu saya bekerja, dia katakan barang sedang habis.

Selama ini, kita mungkin mengenal borax sebagai bahan pengawet dengan bentuk yang umumnya kita kenal sebagai bahan pembuat gendar dan dapat dibeli di pasar tradisional. Tapi, mungkin kita tidak pernah menyangka jika ternyata pemanfaatan pengawet makanan dari jenis borax dapat diambil dari obat sariawan.

Jenis borax yang terlarut dalam cairan obat sariawan ini bukan natrium tetraborat, tapi bernama asam borat. Selain berfungsi sebagai obat sariawan, asam borat berfungsi dalam dunia industri sebagai Dalam dunia industri,bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak.

Asam borat yang terlarut pada posisi legal, selain digunakan sebagai obat sariawan dapat juga digunakan pada obat untuk tetes telinga ataupun ada dalam salah satu komposisi obat tetes mata bersama zat aktif lainnya. Dalam penggunaan asam borat yang menyimpang, selain berfungsi sebagai pengawat juga dapat menambah kekerasan makanan. Oleh sebab itu tahu, lontong, ataupun bakso yang diberikan asam borat akan terasa lebih keras atau kenyal.

Penggunaan asam borat atau borax dalam dosis kecil dapat saja menimbulkan diare, dikarenakan efeknya yang merusak flora normal dan pH di saluran pencernaan membuat kuman yang masuk bersama makanan lain dapat dengan leluasa terjun bebas mencemari saluran pencernaan. Namun apabila borax terakumulasi dan menumpuk sedikit demi sedikit dapat juga menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, borax juga menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan efek fisikologis berupa depresi, apatis, sianosis, dan mengacaukan fisiologis tubuh berupa turunnya tekanan darah, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian.

Setelah kejadian itu saya lebih ekstra berhati-hati terhadap makanan yang saya beli dari penjaja makanan, meskipun saya juga pecinta bakso. Walau saya tidak dapat menjaga 100 persen keamanan makanan  yang saya makan, setidaknya lebih baik menjaga maka akan lebih sehat.

Semoga bermanfaat,

Salam

Joko Rinanto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun