Mohon tunggu...
Johansyah M
Johansyah M Mohon Tunggu... Administrasi - Penjelajah

Aku Pelupa, Maka Aku Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelangi, Indah dalam Perbedaan

4 Juni 2020   10:05 Diperbarui: 4 Juni 2020   11:22 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Nationalgeographic.grid.id

Pelangi di sekitar dinding langit, melingkar dengan paduan aneka warna. Kiranya demikian indah dipandang, bahkan menjadi tembang yang sering dinyanyikan saat masih anak-anak dulu. Anak kita juga yang masih kecil menyanyikan lagu ini di taman kanak-kanak tempat mereka belajar.

Pelangi dengan keindahannya yang merona, bukan sekedar nuansa estetisnya dapat dinikmati. Ada pesan penting di balik keindahan tersebut. Pelangi dengan aneka warna, dapat bersanding dan beriringan dengan membentuk lingkaran yang begitu memikat. Mengapa kita dapat menikmati keindahan pelangi? Itu karena keselarasan antar warnanya yang muncul secara bersamaan.

Manusia diciptakan dengan warna kulit berbeda, bahasa dan budaya, serta keyakinan yang beragam pula. Namun perbedaan itu bukanlah dijadikan dalih untuk mengatakan kami lebih baik, dan kalain lebih buruk. Perbedaan itu adalah keberagaman yang sejatinya disukuri. Keberagaman itu adalah warna kehidupan yang jika dikelola dengan baik, akan mewujud seperti pelangi yang indah.

Tindak rasisme yang terjadi di Amerika Serikat yang kemudian membuat suasana kacau adalah contoh buruk yang sejatinya tidak ditiru. Kenapa kita harus merendahkan satu kelompok dan meninggikan yang lainnya. Padahal kita berposisi sama sebagai manusia di sisi Allah. Pembedanya adalah kepatuhan dan ketaatan kita kepada-Nya, bukan karena warna kulit, kedudukan, keturunan, dan lain-lainnya.

Demikian halnya ketika kita berbeda pandangan, sikap, atau pemahaman, dapat memegang dan mempertahankan pandangan masing-masing. Tapi di sisi lain, tetap menghargai pendapat lain yang berbeda dengan pandangan kita. Ketika antar pandangan ini berpadu dan bersatu dengan mengusung 'warna' pandangan masing-masing, tanpa berbenturan satu dengan yang lainnya, maka muncullah sebuah harmoni dan keindahan.

Pelangi mengajarkan manusia untuk memiliki pendirian (istiqamah), namun di sisi lain menghargai pendapat lain yang berbeda. Sikap saling menghargai pendapat itulah yang merupakan keindahan, dan apa yang disebut sebagai al ikhtilaf baina ummati rahmah. Perbedaan pendapat menjadi rahmat dan berkah manakala kita menggunakan filosofi pelangi.

Bahkan terkait keyakinan (agama) juga dibutuhkan filosofi pelangi. Yakni sikap menghargai orang dengan keyakinan agama lain yang berbeda dengan kita. Hal ini pula yang ditegaskan dalam surah al-Kafirun ayat 1-6. Islam mengajarkan kita untuk menghargai ajaran agama lain, tapi tidak mengikuti ajaran mereka (lakum dinukum waliyadin). Inilah filosofi pelangi.

Kalau sikap keterbukanaan semacam ini dapat kita implementasikan dalam konteks sosial, saya yakin tidak akan banyak konflik karena semua saling memahami satu dengan yang lainnya. Filosofi pelangi, apalagi untuk Indonesia, kelihatannya wajib karena suku dan agamannya beragam. Semoga bermanfaat. Amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun