Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hidangan Kehidupan di "Meja 17"

19 Juli 2021   01:06 Diperbarui: 19 Juli 2021   01:40 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Irwan Abu Bakar saat menyerahkan novel dokpri

Novel antiplot ini terdiri atas 18 bab atau episode yang masing-masing bertajuk : Gila, Anggur, Adat, Adalah Dia, Tuan Presiden, Asam Manis Madu, Mencari Rezeki, Darah Melayu, Kutukan, X-Usia, Talak Cinta, Deringan Merdeka, Usia, Menyamak Babi, Fun + Usia, Pemikiran Reversal, Padam dan Wawancara.

Ke-18 bab itu berisikan 18 cerita dan watak yang berbeda. Bisa kita baca dalam beberapa cerita di situ. Semisal pada "Gila" (bab 1), "Darah Melayu" (bab 8) dan "Usia" (bab 13). Ketiganya itu punya alur cerita yang berlainan.

Terdapat 39 karakter baik yang penting dan kurang penting yang menjadi pendukung berbagai kisah dan peristiwa di novel ini. Kesemua karakter itu tidak saling bertautan antara satu sama lain. 

Hal itu menjadikan setiap bab secara relatif mempunyai cerita yang sama sekali berbeda, tiada satu pun yang menjadi urutan atau lanjutan kepada cerita yang sebelumnya. Saat membaca satu bab, tak akan ditemui kelanjutannya pada bab berikutnya.

Pada kisah "Darah Melayu" Prof. Irwan tak hanya bertutur tentang siuasi dunia yang gawat dengan berbagai musibah, seperti halnya pandemi Covid-19 saat ini. Ia dengan lantang menampilkan kebanggaannya sebagai bangsa Melayu. Hanya darah Melayu yang mampu menyelamatkan mereka.

Namun, restoran itu tak sekedar tempat singgah dan menjadi arena berbagai persitiwa. Dalam 18 cerita yang berbeda, termasuk juga karakter di dalamnya, terkait langsung maupun tidak langsung dengan sebuah meja di restoran itu : Meja 17.


Semua watak itu punya perjalanan hidupnya masing-masing, rencana hidup yang tergantung kepada keputusan Tuhan untuk terwujud atau menjadi sia-sia. Mereka juga menghadapi tantangan yang berbeda, kadang ada yang sama dengan beda rentang waktu dan peristiwa. Takdir pada masing-masing watak yang ditampilkan dengan apiknya di "Meja 17".

Jika dicermati, secara umum meja bernomor 17 itu seperti menyandang tugas dan peran yang secara menarik disodorkan oleh Prof.Irwan yang juga Presiden Persatuan Aktivis Sastrawan E-Sastera Malaysia (eSastera). Berbagai peristiwa yang aneh atau misterius sering hadir di meja itu.

Namun bukan itu yang jadi tujuan sang penulis, karena ia memang tak menyajikan menu misterius atau hal gaib. Pembaca diajak tersenyum, bahkan tertawa saat menyimak berbagai tingkah manusia di meja itu.

Meja 17 tetap sebuah meja, sama halnya di restoran manapun, entah itu mewah atau biasa saja. Namun penulis membuatnya menjadi istimewa karena dari situ muncul berbagai peristiwa, beragam manusia dengan watak dan tingkahnya. Bukankah itu sebenarnya cerminan atau refleksi kita juga sebagai pembaca?.

"Meja 17" disajikan dengan bahasa yang khas Prof. Irwan, dengan tetap menjaga kesantunan tapi kritik yang disampaikannya menggelitik. Bahkan jika disimak lebih mendalam terasa menggigit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun