Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mencegah Perundungan di Sekolah

22 Maret 2020   23:24 Diperbarui: 22 Maret 2020   23:20 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyikapi kondisi ini, kuncinya ada pada guru. Guru adalah pemegang kewenangan utama di sekolah. Oleh karena itu, mengatasi perundungan di sekolah pun harus melibatkan guru. Maka, ada tiga strategi yang dapat dijadikan pilihan. Pertama, jadikan tata tertib sekolah sebagai regulasi atau aturan tertinggi di sekolah.

Tata tertib sekolah itu dibuat pihak sekolah dengan persetujuan komite sekolah. Artinya, tata tertib sekolah sudah dicermati perwakilan orang tua siswa. Begitu isinya disepakati, tata tertib itu diberikan kepada orang tua untuk ditandatangani. Artinya, orang tua telah menyetujui isi tata tertib tersebut.

Sayangnya, ada oknum orang tua yang arogan. Begitu mendapat laporan dari anaknya yang merasa disakiti guru, oknum orang tua itu langsung melabrak guru ke sekolah tanpa konfirmasi. Bahkan berbuat tercela di sekolah dengan mengumpat, memaki, hingga memukul guru. Peristiwa itu terjadi di sekolah sehingga mestinya hukum tertinggi yang berlaku adalah tata tertib sekolah.

Kedua, kontrol yang ketat penggunaan gadget. Hasil penelitian penulis menyebutkan, 90% siswa sudah memiliki gadget atau telepon pintar di rumah. Ada yang membeli sendiri dengan menabung, dibelikan orang tua, dan dibelikan saudara sebagai hadiah.

Ini jelas sangat berbahaya. Saat anak-anak memegang hape, orang tua sulit memantau penggunaannya. Apa yang dilihat, apa yang dimainkan, dan dengan siapa anak berteman tak diketahui orang tuanya. 

Akibatnya fatal, yakni anak-anak mendapatkan akses bebas. Mereka bisa menikmati kekerasan, pornografi, dan berinteraksi dengan orang-orang jahat lewat dunia maya. Dari situlah, anak-anak belajar melawan gurunya di sekolah karena karakter anak memang suka meniru. Tak berpikir akibatnya baik atau buruk.


Ketiga, kuatkan komunikasi sekolah dengan orang tua. Sebagai guru, penulis sering pusing menghadapi orang tua siswa yang tak pernah memenuhi undangan ke sekolah. Begitu ada indikasi seorang anak sering melanggar tata tertib, guru tentu akan meminta bantuan orang tuanya. Sayangnya, banyak orang tua malas hadir ke sekolah guna membicarakan perilaku anaknya di sekolah. 

Alasannya klasik, yakni sibuk bekerja. Lebih sadis lagi, orang tua sudah merasa menyerahkan anaknya ke sekolah sehingga merasa tak perlu lagi mengurus anaknya.

Pada era digital sekarang, komunikasi guru dan orang tua dapat dijalin dengan membentuk grup di sosial media. Maka, sebaiknya guru dan orang tua aktif mengikuti perkembangan informasi yang berkaitan dengan anaknya di sekolah. Jika memang perlu penjelasan pribadi, guru dan orang tua dapat berkomunikasi lewat private messenger.

Perundungan memang sangat sulit dihilangkan dari sekolah. Namun, kita harus mencegah kekerasan itu terjadi. Apapun alasannya, perundungan merupakan bentuk kekerasan dan merupakan perilaku yang sangat buruk. 

Memperhatikan ini pula, maka hendaknya guru diberikan kepercayaan agar dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik dengan aman dan nyaman. Tidak ada satu pun guru yang berniat melukai siswanya karena mustahil ada orang tua yang melukai anaknya. Bukankah guru adalah orang tua siswa di sekolah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun