Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sate Jamu, Kuliner Ektrim dengan Istilah yang Bisa Menjebak

28 Februari 2020   19:43 Diperbarui: 29 Februari 2020   05:22 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika ditempatkan di Cabang BRI Surakarta-Sudirman untuk mengikuti on the job trainee bulan September 1995, aku tidak langsung membawa keluarga ke sana. Sepuluh hari pertama aku memperoleh fasilitas menginap di hotel dengan mendapat perskot biaya penginapan di hotel bintang tiga, berupa uang tunai. Aku menginap di hotel termurah dan tidur hanya dua malam saja. Selisih uang penginapan bisa aku gunakan untuk keperluan lain seperti membeli susu formula untuk anak bayiku. Selebihnya aku mencari kos-kosan murah yang tak jauh dari kantor.

Selama 5 minggu aku tinggal di rumah kos sederhana di Jebres dekat stasiun kereta api. Hanya menyewa 1 kamar saja tidak termasuk makan, yang ditempati berdua bersama Edy Siswanto, teman satu angkatan. Rumah kos itu berada di dalam gang yang padat penduduknya.

Aku senang mengawali hari-hari pertama tinggal di Solo, di lingkungan pemukiman yang warganya ramah. Saat berangkat dan pulang selalu saja ada warga yang menyapa yang kebetulan berpapasan. Berita buruknya aku harus pontang-panting belajar bahasa jawa.

Ketika pertama kali bermaksud menumpang becak kayuh aku bertanya tarifnya dengan bahasa indonesia, setelah sampai di tujuan. Pengayuh becak menjawabnya dengan bahasa jawa kromo.

"Kersane mawon." katanya.

Aku tengak-tengok ke kiri dan ke kanan mencari orang yang bisa menterjemahkan apa yang dimaksud oleh tukang beca itu. Setelah diberitahu, rupanya kalimat yang disampaikan tukang becak itu artinya aku boleh membayar berapa saja seiklasnya. Lho, lalu aku harus membayar berapa?

Dari dompet aku mengeluarkan selembar uang pecahan lima ribuan dan ingin membayar beca hanya tiga ribu saja. Tetapi, aku bingung ngomongnya. Akhirnya uang itu kuberikan saja ke tukang becak tanpa sepatah kata pun. Tukang becak itu kegirangan, kepalanya manggut-manggut di depanku sambil menepuk-nepukan selembar uang itu ke atas keningnya. Tak memedulikan aku yang menatapnya kebingungan.

Di kantor juga demikian. Bahasa jawa lebih mendominasi dalam berkomunikasi antar kawan. Tak jarang pegawai berbicara bahasa jawa dengan nasabah saat jam pelayanan, bahkan. Rasanya jauh lebih dekat secara emosional, katanya.

Yang paling membingungkan banyak kata dalam bahasa sunda dan jawa yang hampir sama dalam pengucapan, tetapi sangat berbeda dalam makna. Semisal gedang yang dalam bahasa sunda berarti pepaya, dalam bahasa jawa berarti pisang. Amis yang berarti manis dalam bahasa sunda menjadi anyir dalam bahasa jawa. Atos yang seharusnya sudah menjadi keras artinya. Saat aku membeli segelas cendol seketika berubah menjadi dawet. Aku menumpang bus kota Damri. Kulihat ada kursi kosong di samping seorang gadis, lalu minta ijin unduk duduk di sebelahnya. Dengan ramah gadis itu mempersilakan aku duduk. Sambil tersenyum lebar ia bertanya hal ihwal kepadaku.

"Daleme pundi, Mas?"

Aku ingin segera menjawabnya sebelum senyumnya terhenti. Tetapi aku bingung bagaimana menjawabnya. Apakah ia bertanya dengan menggunakan campuran bahasa indonesia dengan jawa atau seluruhnya bahasa jawa? Kalau seluruhnya bahasa jawa saya belum tahu makna "dalem" yang dimaksud anak gadis itu. Sedangkan kalau itu bahasa campuran, aku lebih bingung lagi apa maksudnya? Tak peduli salah atau benar aku memberanikan menjawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun