Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amplop Berwarna Coklat Panjang Berjendela

17 Februari 2020   10:22 Diperbarui: 24 Februari 2020   07:56 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari seberang tidak terdengar suara apa-apa. Ibu sekretaris memandang ke arahku dengan gagang telpon menempel di telinganya. Sebentar saja, selanjutnya ia seperti berbicara sendiri.

"Enggih."

Lalu diam. Gagang telpon tetap menempel.

"Enggih, Bapak. Enggih...enggih...enggih. Enggih, Bapak."

Klik. Gagang telpon kembali berbaring di tempatnya.

Sunyi. Aku menahan napas. Ibu sekretaris mendekatiku. Ia berbisik-bisik kepadaku. Aku mengangguk-angguk beberapa kali lalu bangkit dari sofa meraih tas punggung yang dari tadi termangu di  dekat kaki.


Pagi itu kepala cabang tidak naik ke lantai dua. Dari lantai satu langsung pergi keluar, berangkat rapat di Bank Indonesia. Hari pertama, aku gagal bertemu kepala cabang.

Pegawai-pegawai di lantai dua yang dari pagi duduk menunduk menatap kertas dengan bolpoint di tangan, sebagian sekarang duduknya sudah tegak menatap ke depan.  Sebagian lagi duduk menyender, kaca matanya ditaruh di atas meja. Tidak ada ketegangan.

Sementara keringat di tengkukku, membasahi kerah kemeja. Pagi itu aku merasa lelah, tidak jelas apa penyebabnya.

#salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun