Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yamaha L2G, Pengalaman Tak Terlupakan Pertama Kali Mengendarai Sepeda Motor

29 Januari 2020   12:06 Diperbarui: 24 Februari 2020   21:37 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melihat sepeda motor Yamaha L2G Super tua yang diparkir -lebih tepatnya teronggok, di samping kantor aku semakin menyadari kalau aku saat ini benar-benar sudah menjadi pegawai Bank BRI. Tahun 1980 ketika aku kelas 1 SMA setiap hari aku kerap menyaksikan sepeda motor buatan tahun 79-an itu meluncur pulang dan pergi di jalan raya tak jauh dari rumahku. 

Setiap pagi saat aku menunggu kendaraan angkutan pedesaan untuk berangkat sekolah Yamaha L2G merah seperti itu melintas di depanku di pinggir jalan raya Tasik-Cirebon. Pengendaranya adalah bapak-bapak usia 40-an memakai kemeja lengan pendek putih, celana sepan hitam dengan sepatu hitam bertali dan berkaca mata, ia mantri Bank BRI. Ia tinggal di Desa Haurkuning, tetangga desa kami.

"Pak, itu motor yang di samping masih bisa ditunggangi gak, sih?" aku bertanya ke Pak Sudiyana -kepala unit. Pagi itu layanan operasional belum mulai, nasabah pun belum ada yang menunggu.

"Kurang tahu saya Dik, saat aku masuk ke sini setahun yang lalu sudah parkir di situ. Tampak sudah tua sekali." jawabnya sepertinya tidak memedulikan.

"Bulan lalu saya coba masih bisa, Pak!" tiba-tiba Lamijan sudah berada di sampingku. Kejadian mabuk-mabukan yang menyebabkan aku harus membayar banyak akibat kelakuannya sepertinya sudah dilupakan. 

Aku pun sudah memaafkannya tanpa ia memintanya. Untuk apa pun kesalahan orang kepadaku aku terbiasa untuk segera memaklumi dan memaafkan karena berlama-lama memendam benci sama saja dengan mengekang belenggu yang membebani.

Setelah diijinkan kepala unit untuk bisa menggunakan sepeda motor tua itu aku pun janjian dengan Lamijan untuk mencobanya pada hari Minggu pagi. Ia menyanggupi dengan semangat. Untuk urusan motor Lamijan sangat antusias karena dengan begitu ia bisa ikut meminjam untuk berjalan-jalan. 

Setiap hari ia sudah terbiasa menggunakan sepeda motor Honda Win pegangan kaunit untuk mengantar surat ke unit terdekat, membeli nasi atau hal lain yang dibutuhkan kaunit. Kadang untuk kebutuhan pribadi Lamijan tidak segan-segan meminjan motor kaunit. Ia memang begitu, tak ada kata malu dan takut di kamusnya. Orang-orang kampung memanggilnya wakil kepala unit, bahkan.

Ya, memang sudah tua sepeda motor itu. Aku lihat di neraca aset Yamaha L2G Super nilai bukunya tinggal 1 rupiah. Artinya sudah melewati umur ekonomisnya tinggal menunggu dihapusbukukan bila sudah laku dijual lelang.

Minggu yang lalu Mang Warlim, -tetangga mengajak aku berburu kidang di Cikamurang bersama tetangganya yang lain. Berburu kidang adalah kebiasaan saat musim kemarau ketika padi tak lagi bisa ditanam atau disela-sela mengurus palawija. Pada saat kering kidang kadang masuk ke kampung dari kawasan kebun jati milik perhutani. 

Saat itu rumput pun sulit didapat sekalipun ada tinggal sisa-sisa yang sudah meranggas, kecoklatan. Sedang di perkampungan masih ada palawija seperti kacang hijau, kedelai, kacang tanah, cabe yang masih hijau terawat dan mengundang selera. Saat itulah kidang -rusa liar sering terlihat orang-orang kampung di pinggir hutan jati seperti di Sukaslamet atau Cikamurang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun