Mohon tunggu...
johanes jonaz
johanes jonaz Mohon Tunggu... -

just an ordinary traveller

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sebuah Kelegaan, Awal Perjuangan Baru

28 Mei 2013   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:54 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Yes, akhirnya saya dengan bulat hati menghentikan dukungan saya terhadap Greenpeace Indonesia. Setelah melakukan pengamatan dan berpikir, saya berkesimpulan bahwa :



  1. Greenpeace bukan LSM yang transparan.


  2. Greenpeace pilih-pilih untuk melakukan aksi.

Greenpeace yang katanya lebih dari 40 tahun berkarya tidak pernah melakukan audit. Dari laporan tahunan yang dipaparkan di websitenya tidak pernah dicantumkan darimana sumber pendapatannya. Kalau dipikir-pikir, dengan kegiatan seabreg dengan skala global.. tidak mungkin Greenpeace mendanai kegiatannya yang mahal ini dari donasi pribadi seperti saya, yang hanya membayar 50.000 sampai 200.000 tiap bulannya.

Hal kedua adalah hubungannya dengan Freeport dan hasil limbahnya yang merusak hutan dan air disana. Saya pernah menanyakan masalah ini pada humas greenpeace di Indonesia tentang perusakan lingkungan Papua yang dilakukan oleh Freeport, dan mendapat jawaban yang tidak masuk akal. Sepertinya ada template khusus yang bisa dicopy-paste untuk menjawab pertanyaan masalah seputar Freeport.

Humas Greenpeace menjawab bahwa yang menjadi persoalan pada Freeport adalah pelanggaran hukum pada operasionalnya, misalnya pembukaan lahan tanpa izin pinjam pakai dan pembuangan limbah berbahaya ke sungai. Dia menyebutkan dalam konteks ini pemerintahlah yang seharusnya melakukan penegakan hukum.

Lalu apa bedanya Freeport dengan Sinar Mas? Sinarmas juga melakukan hal yang sama dengan Freeport, namun Greenpeace dengan gencar melakukan kampanye terhadap Sinarmas hingga membuahkan moratorium penangguhan pembukaan hutan baru. Dan, apa yang dilakukan Greenpeace pada Freeport? Boro-boro menghasilkan moratorium, bahkan tidak satu kampanye pun pernah disuarakan.

Pada websitenya, Greenpeace menyebutkan salah satu kampanyenya adalah air dan limbah beracun yang terkandung di dalamnya akibat limbah industri. Jika Greenpeace begitu concern dengan sungai Citarum dengan kampanyenya memata-matai perusahaan yang membuang limbahnya langsung ke sungai dan meminta masyarakat untuk mengupload temuan mereka di jejaring sosial. Apa yang dilakukan Greenpeace untuk sungai-sungai di Papua yang tercemar limbah Freeport? Sekali lagi tidak ada satu kampanye pun terlontar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun