Akibatnya manusia tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab terhadap sebuah peristiwa sejarah.Â
Kembali pada pernyataan tentang kekuasaan. Perdebatan dua tokoh filsuf di atas membantu melihat apa yang diperbincangkan beberapa hari ini. Kisah seputar pergolakan kekuasaan di tahun 1965-1966.
Kenyataan bahwa ada peristiwa pembunuhan ke-7 jenderal pada 30 September di tahun 1965 tidak dapat disangkal.
 Namun serentak tidak dapat disangkal bahwa terjadi pula pembunuhan terhadap ratusan ribu warga simpatisan yang dicap sebagai PKI, oleh otoritas negara yang sah.Â
Habermas mengingatkan bahwa otoritas yang terkandung di dalam tradisi misalnya negara selalu berdasarkan pada pemikiran akan penghukuman yang salah dan ganjaran kepada yang benar.
 Hanya negara yang dapat membunuh warganya secara legal dan sah. Begitu tradisi telah dipahat dalam ingatan di batok kepala masyarakat.
Jika wilayah diskusi Gadamer dibawa dalam konteks 1965. Idenya dapat diterjemahkan demikian.
 Pada kenyataannya sebagian besar rakyat memahami bahwa peristiwa di tahun 1965 akan senantiasa hadir dan menjadi bahan refleksi untuk diangkat ke taraf kesadaran.
 Walaupun mereka tahu bahwa usaha ini senantiasa tidak pernah berhasil secara total.Â
Akan ada saja orang yang menganggap bahwa pembunuhan rakyat yang dicap PKI wajar. Tentu dalam konteks tradisi otoritas hukuman dan ganjaran oleh negara.Â
Habermas membantu kita melihat celah untuk keluar dari ketakmampuan Gadamer.Â