Mohon tunggu...
Johan Arifin
Johan Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Kementerian Agama Kab. Kapuas

Sejenak aku kisahkan tentang diriku padamu, agar kau tau siapa aku, bagaimana hidupku, karena kau tak akan pernah bertanya bagaimana rasanya menjadi aku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tujuh Hari di Cikole, Ojek "Offline" di Puncak Dago

16 Januari 2018   15:53 Diperbarui: 16 Januari 2018   16:10 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menikmati kelezatan bubur ayam khas Cikole, kamipun melanjutkan perjalanan. Dihari kedua, rencana ke Purwakarta untuk menemui kakak kandung ibu yang sudah lebih 40 tahun tidak bertemu terpaksa ditunda karena Kang Abdullah belum bisa mengantar ke sana. Abdullah adalah saudara sepupuku, setiap harinya berkeliling dari Cisalasih, Cikole, Lembang, Wanayasa hingga Purwakarta untuk menjajakan segala macam keperluan dapur dari mulai sayur, ikan, sampai buah-buahan. 

Kebiasaan itulah yang membuat Kang Abdullah menjadi orang satu-satunya dikeluarga kami yang mengetahui alamat kakak kandung ibuku di Purwakarta. Karena alasan itulah akhirnya aku dan kakaku memutuskan berangkat ke Cicadas untuk mengunjungi saudara sebapak.

Jarak yang ditempuh ke Cicadas normalnya 1 jam 20 menit dari Cikole. Karena sekarang zaman online jadi tidak terlalu susah untuk mencari alat transportasi kesana. 

Jari ini mulai meraba dan mengusap ponsel pintarku kemudian membuka sebuah aplikasi penyedia layanan taxi online. Namun sayangnya alamat yang diberikan tidak ditemukan pada aplikasi tersebut, bahkan aku membuka google map hanya untuk memastikan keberadaan tempat yang diberikan, ternyata hasilnya sama, pada google map hanya ada Gg. Bunga I sementara Gg. bunga II tidak ditemukan.

Akhirnya lagi-lagi kami harus mengandalkan Kang Yanto. Kang Yanto juga saudara sepupuku, dialah yang paling banyak membantu perjalanan kami sejak kami tiba sampai pulang kembali, Kang Yanto juga yang menyarankan untuk menggunakan ojek offline saja. Kebetulan tetangganya salah satu pengojek online. Katanya dia mau mengantar ke Cicadas tapi tanpa melalui aplikasi, alasannya karena harus pulang pergi dan jarak yang terlalu jauh.

Kata Kang Yanto mereka itu hapal betul jalan menuju ke cicadas sehingga tau memilih jalan yang mana saja yang harus dilalui untuk menghindari kemacetan. Jalan yang dilewati lagi-lagi harus turun naik gunung, menanjak menurun hingga akhirnya kami berada dipuncak pegunungan yang tinggi, aku sempat menanyakan kepada bang ojek daerah yang kami lalui, "O iya A'a, ini namanya desa Dago, dari atas ini kita bisa melihat kota Bandung". Dan benar saja, wow.... aku terpukau dibuatnya.

Aku sempat mengabadikan pemandangan yang begitu luar biasa, aku bergumam dalam hati, ternyata pemandangan seperti ini bisa kusaksikan langsung dan tidak hanya dongeng semata. 

Hmmm.... selain jalannya yang mengular dan terjal, sesekali kami melalui jurang yang dalam. Dari puncak aku menyaksikan sekumpulan rumah yang nampak terlihat menyemut dan tersusun tidak beraturan, gedung-gedung yang tinggi pun seperti lego mungil yang berdiri di atas baseplat dan gunung-gunung seolah berdiri di atas awan. Hhh... sungguh mengagumkan.

Setelah menikmati eksotisnya desa Dago kamipun meluncur memasuki kota. Sempat  membayangkan ayah saat aku melewati gedung sate, kenapa ? karena ayahku sering menceritakan pengalaman hidupnya saat berdekatan dengan bangunan yang didirikan sekitar tahun 1920.

Alhamdulillah, rupanya matahari menyambut perjalanan kami dengan senangnya, sinar matahari menerpa badan yang dari pagi tadi dililit kedinginan. Akhirnya keringat yang kunanti-nanti mulai menampakan dirinya.

Setelah kami menelusuri jalan dan masuk gang akhirnya tibalah di tempat tujuan, aku menyempatkan mengabadikan sebuah tempat yakni Majelis Pelayanan Sosial Tunas Harapan, sebuah lembaga kesejahteraan sosial anak di Cibeunying Kidul Bandung melalui ponsel pintarku agar bila suatu hari aku ke Cicadas aku tidak lagi kesulitan menemukan saudaraku sebapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun