Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mempersiapkan Perusahaan untuk Menyongsong Dunia Pascapandemi (Bagian 1/2)

25 Agustus 2021   14:26 Diperbarui: 25 Agustus 2021   16:53 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Harvard Business Review, September-October 2021, hlm. 43.

Nanti, setelah keluar dari pandemi, perusahaan-perusahaan akan menemukan bahwa apa yang dilakukan orang dan bagaimana kesuksesan didefinisikan harus berubah.

Mereka harus merekrut orang-orang yang nyaman dengan normal baru. Perusahaan-perusahaan pintar akan memanfaatkan teknologi sekarang untuk membantu mereka mencari tahu caranya.

3. Jangan Memotong Anggaran Pengembangan Manajemen
Meskipun pandemi Covid-19 secara temporer telah melonggarkan pasar tenaga kerja di beberapa daerah, banyak pekerjaan di bidang enjiniring perangkat lunak, desain digital, dan sains data tetap menantang untuk diisi.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan terbaik melihat ke pengembangan manajemen, yang sering kali didukung oleh teknologi, untuk melatih ulang keterampilan (reskilling) tenaga kerja mereka saat ini dan mengisi setidaknya beberapa kesenjangan kapabilitas mereka dengan karyawan-karyawan yang ada.

Kabar baiknya adalah bahwa pelatihan ulang yang dilakukan dengan baik memang membantu. Berdasarkan pengalaman, lebih dari 60% peran perusahaan di masa depan bisa diisi oleh karyawan saat ini, dengan asumsi bahwa program yang memadai telah tersedia.

Pelatihan ulang juga lebih murah daripada model "pecat dan pekerjakan" untuk mengisi peranan penting bisnis baru. Untuk satu hal, biaya langsung pesangon terkait pengurangan tenaga kerja bisa menjadi besar, misalnya bisa merusak moral anggota tim yang tersisa, dan perekrutan talenta baru bisa mahal, terutama untuk sektor dengan permintaan tinggi seperti sains data, pemasaran digital, dan enjiniring perangkat lunak.

Guardian, salah satu perusahaan asuransi jiwa mutual terbesar di Amerika Serikat, memberikan contoh. Seperti banyak perusahaan lain, perusahaan ini sedang menjalani transformasi digital luas yang berfokus pada modernisasi teknologi, data, dan proses untuk meningkatkan kinerja dan mendukung budaya yang berpusat pada pelanggan.

Deanna Mulligan, CEO Guardian hingga Oktober 2020, dan timnya tahu bahwa untuk menjadi sukses, perusahaan harus mengekstrak nilai semaksimal mungkin dari datanya yang berlimpah. Jadi mereka memecah silo-silo data historis di perusahaan dan menciptakan sebuah danau data yang terintegrasi.

Mengubah data mentah menjadi wawasan pelanggan yang bisa digunakan membutuhkan lebih banyak saintis data daripada yang dimiliki atau bisa direkrut secara realistis oleh perusahaan itu.

Untuk mengisi kesenjangan, Guardian telah melihat ke para aktuarisnya, memindahkan mereka ke posisi sains data yang lebih luas dan melatih mereka dalam sejumlah keterampilan baru yang penting, misalnya analitis prediktif.

Demikian pula, Guardian menyadari bahwa mereka perlu mengalihkan lebih banyak energi dan talenta pemasarannya dari cara tradisional ke saluran digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun