Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peribahasa tentang Berusaha

17 Juni 2021   08:47 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:58 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Pencapai, sumber: smallbizclub.com

Berusaha pun ada peribahasanya? Tentu saja, karena leluhur kita yang luhur itu adalah manusia pejuang yang gigih dalam berusaha, antara lain sampai mereka dikenal sebagai manusia bahari, suka gotong royong dsb, dan mengkristalisasikan juga kearifan tentang berusaha itu dan mewariskannya kepada kita melalui tradisi lisan dan selanjutnya tulisan.

Sayang buku-buku peribahasa dalam perpustakaan saya dikategorikan menurut kata kunci alih-alih tema, dan saya pun "berusaha" untuk mengambil satu per satu peribahasa itu untuk dikategorikan ke dalam tema-tema, termasuk artikel Peribahasa tentang Berusaha ini.

Dulu ada seorang teman kuliah saya yang punya kebiasaan yang unik. Setiap kali seorang teman sesama perokok yang hendak meminjam korek gas kepadanya, tak pernah dia serahkan. Alih-alih, dialah yang menyulut rokok sang teman dengan nyala api sekecil mungkin lalu mengatakan "berusahalah."

Perjalanan menuju Destinasi
Berusaha adalah sebuah kegiatan untuk berangkat dari titik awal menuju destinasi, dengan demikian perlu direncanakan sebaik-baiknya, agar tidak berjalan di tempat.

Perjalanan yang ditempuh tanpa rencana akan membuat destinasi menjadi semakin jauh dan kabur: Awal dikenal di akhir tidak, alamat badan akan rusak (Orang yang tidak berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya, pada akhirnya akan menyesal dan kecewa).

Kegigihan seseorang diuji selama melakukan perjalanan itu, dan terlihatlah 3 jenis manusia dengan 3 tingkat kegigihan dalam berusaha, dengan contoh mendaki gunung.

1. Si Pembatal
Orang yang belum merealisasikan rencana perjalanan yang satu, sudah membuat rencana perjalanan yang lain. Kebiasaan menjadi si pembatal ini pada gilirannya akan membuat penyakit yang dideritanya berubah dari akut menjadi kronis dan dicap orang lain sebagai "manusia pemalas" dan "manusia tak jelas."

2. Si Pengemah
Orang yang sudah mendaki gunung sampai ketinggian tertentu lalu membuat kemah dan beristirahat di sana. Kelamaan berkemah akan membuyarkan orientasi dia bahwa semula rencananya adalah untuk NAIK sampai ke puncak gunung agar dia bisa melihat dengan lebih jelas tingginya langit dan luasnya daratan maupun samudera. 

Sangat disayangkan jika akhirnya dia memilih untuk TURUN gunung. Hasil yang dia capai hanya sedikit lebih baik ketimbang si pembatal, namun kesamaan mereka yang terlihat jelas oleh orang lain: belum pernah mencapai puncak gunung.

3. Si Pencapai
Tak usah saya jelaskan lagi, dari ketiga jenis manusia ini, hanya segelintir yang akhirnya mencapai puncak gunung yang dia rencanakan akan dia daki, dengan terus berusaha, selangkah demi selangkah, rela: Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian (Perbuatan yang walaupun terasa berat, namun dapat menghasilkan hasil yang baik di kemudian hari).

Lalu bagaimana dengan orang yang suka menunda pekerjaan dengan alasan sarananya kurang?

Ingin hati memandang pulau, sampan ada pengayuh tidak (Ingin melakukan suatu pekerjaan akan tetapi alat-alatnya tidak lengkap). Di sini juga diuji kegigihan seseorang dalam berusaha. Orang yang pesimistik akan membatalkan rencana, sedangkan orang yang optimistik akan meneruskannya: Berjuang sampai titik darah penghabisan.

Oh ya, leluhur kita dengan penuh kearifan juga telah menyampaikan peribahasa di bawah ini, tinggal bagaimana kita menyikapinya, ambil atau tinggalkan:
Baik berjagung-jagung sementara padi belum masak (Lebih baik dipakai dulu yang ada sementara yang baru belum didapatkan).

Pada akhirnya, semua usaha kita yang gigih akan membuahkan hasil, karena: Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit (Usaha/upaya kecil yang terus-menerus pasti akhirnya akan memberikan hasil).

Mari kita renungkan, apakah kita memilih untuk menjadi si pembatalkah, atau si pengemah, atau si pencapai, pesimistikkah atau optimistik?

Akhir Perjalanan
Gajah mati tulang setimbun (Orang besar/kaya yang meninggal akan meninggalkan banyak harta pusaka). Harta pusaka di sini jangan dimaknai sebagai materi, namun mencakup semua warisan yang abstrak juga, antara lain: Peribahasa tentang Berusaha warisan para leluhur kita yang luhur itu.

Dan walaupun seperti yang saya katakan dalam artikel saya yang lain, bahwa memori publik itu usianya pendek, lihat kisah perjuangan Bu Fumiko Minami: Kartini-kartini yang Tersembunyi (atau Disembunyikan?), namun usaha tidak boleh surut sedikit pun: Maju terus pantang mundur.

Mari kita mengingat, bahwa: Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama (Seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah mati).

Dan mari kita ambil esensi kearifan dalam peribahasa-peribahasa di atas, dan kita pun bisa berusaha dalam track yang tepat menuju destinasi.

Jonggol, 17 Juni 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun