Bumi berputar
Musim berganti
Zaman beredar
Setamat kuliah dari USU, dan hampir setiap kali saya ke Medan, saya menyinggahi Warung Nenek untuk mencicipi makanan sederhana tapi penuh nostalgia, atau sekadar menikmati singkong goreng ditemani secangkir kofi hitam. Namun semua itu hanya bisa saya lakukan sendirian, dan kenangan akan teman-teman dan masa lalulah yang menjadi teman imajinatif saya. Kakek dan nenek masih sempat beberapa kali menemani saya ngobrol.
Tahun demi tahun berlalu dan kakek, lalu nenek telah berpulang. Warung nenek berganti pengelola ke salah seorang putri mereka, Mbak Painah yang biasa saya sapa Yuk Painah, lalu ke cucu perempuan mereka.
Tanggal 12 Januari 2010 ketika saya ke Warung Nenek lagi, saya ambil beberapa foto sebagai kenangan hidup dan kemudian saya bagikan ke medsos. Semua teman saya yang punya kaitan masa lalu dengan warung ini merasa sangat terharu dan menyampaikan angan-angan bahwa betapa indahnya kalau kami semua bisa kembali ke masa lalu itu dan mengulang pengalaman kami.
Satu pokok pembicaraan adalah satu hal yang paling kami ingat tentang nenek, yaitu tradisi beliau menghidangkan panganan pengantar berbuka puasa: gorengan, aneka kolak, dan aneka es buah, semuanya GRATIS SETIAP RAMADHAN SETIAP TAHUN, dengan satu dan tidak ada syarat lain: PENGUNJUNG WARUNG. Hidangan ini malah kubota (kurang boleh tambah).
Satu kunjungan ke Warung Nenek setelah tahun 2010 itu adalah kunjungan terakhir saya ke sana, karena Yuk Painah dan suaminya pun sudah meninggal dunia, dan Warung Nenek juga sudah tiada untuk selama-lamanya, dijual ke orang lain yang merenovasinya menjadi sebuah rumah kediaman.
Semua kerinduan kami akan Warung Nenek, kakek, nenek dan masakan mereka, terutama di setiap bulan Ramadhan, hanya bisa kami obati dengan memandang foto-foto itu, yang sekarang saya share melalui artikel ini.
Addendum Pasca Tayang:
Yusuf Ritonga, adik saya, anak umi angkat saya, Roslina Siregar di Tanjungbalai Asahan, Â memberitahu saya bahwa dia pernah bayar makan pada 2010 di Warung Nenek, Rp. 360.000 per bulan.
Jonggol, 5 Mei 2021
Johan Japardi